Reuni Akbar Alumni 212

Reuni Akbar Alumni 212 - MUI Jawa Barat Sebut Melenceng ke Arah Politik, Dulu memang dipicu Ahok

Majelis Ulama Indonesia atau MUI Jawa Barat menyebut rencana kegiatan Reuni Akbar Alumni 212 sudah melenceng ke arah politik.Dulu memang dipicu Ahok.

Editor: Iksan Fauzi
tribunnews
Ahok dan Demo 212. 

SURYA.co.id | BANDUNG - Majelis Ulama Indonesia atau MUI Jawa Barat menyebut rencana kegiatan Reuni Akbar Alumni 212 sudah melenceng ke arah politik. Dulu memang dipicu Ahok.

Dikutip SURYA.co.id (surabaya.tribunnews.com) dari KOMPAS.COM, Ketua MUI Jawa Barat Rachmat Syafei mengatakan, Reuni Akbar Alumni 212 kehilangan esensinya. 

Rachmat Syafei mengatakan itu saat di kantornya, Jalan LLRE Martadinata, Kota Bandung, Rabu (28/11/2018).

"Dari hasil pengamatan kami, kegiatan reuni 212 ( Reuni Akbar Alumni 212) itu sudah tidak murni lagi sebagai kegiatan keagamaan. Kegiatannya sudah melenceng ke arah politik," kata Rachmat Syafei.

Reuni Akbar Alumni 212 - FPI Sebut Nonmuslim Australia Ingin Hadir, PAN Serukan Kadernya Tidak Ikut

Reuni Akbar Alumni 212 - Kubu Jokowi-KH Maruf Amin Sebut Bukan Ancaman, tapi Bernuansa Politis

Rachmat Syafei menjelaskan, pada awalnya kegiatan 212 (semacam Reuni Akbar 212) muncul dari peristiwa kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai gubernur DKI Jakarta pada waktu itu.

Saat itu, MUI pun sudah mengeluarkan pendapat dan sikap keagamaan sebagai perwakilan ulama.

Ahok pun sudah dinyatakan bersalah, bahkan kini masih menjalani hukuman pidana.

Artinya, kasus tersebut sebenarnya sudah dinyatakan selesai.

Wali Kota Tri Rismaharini Purnatugas 2021, Muncul 10 Calon Pengganti Risma di Pilwali Surabaya

"Jadi banyak warga yang datang ke MUI Jawa Barat, menanyakan esensi 212 ( Reuni Akbar Alumni 212). Karena masalah yang memicu munculnya gerakan 212 sudah selesai. Jadi tidak ada esensinya lagi sekarang harus melaksanakan reuni. Sekarang masalahnya apa? Kan sudah selesai," katanya.

MUI Jawa Barat pun mengimbau agar masyarakat Jawa Barat tidak terprovokasi dengan kegiatan yang tidak jelas asal usulnya.

Sebagai daerah yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Indonesia, masyarakat Jawa Barat lebih baik melakukan kegiatan yang bermanfaat seperti melaksanakan pengajian di masjid-masjid, istigasah, atau zikir bersama untuk keselamatan bangsa Indonesia.

"Ini semua kan demi NKRI. Di samping usaha, doa juga tetap harus dilakukan. Minta agar bangsa ini diselamatkan dan dijauhkan dari sifat kegaduhan, kerusuhan dan lain sebagainya," katanya.

Lebih lanjut Rachmat pun meminta kepada masyarakat untuk tidak membungkus kegiatan politik dengan isu-isu keagamaan menjelang Pilpres 2019.

"Kegiatan politik silakan saja berjalan, tapi jangan sampai menggunakan embel-embel agama," tuturnya.

Di tempat yang sama, Sekretaris MUI Jawa Barat, Rafani Achyar menilai, esensi 212 saat ini sudah tidak ada lagi, dan justru lebih condong mengarah pada kegiatan politik.

"Intinya memang sudah tidak ada lagi esensinya. Karena itu kami imbau masyarakat, umat, untuk memanfaatkan waktu bagi hal yang lebih produktif. Silakan saja di masjid menggelar majelis taklim, lakukan zikir bersama dan lain-lain untuk memohon keamanan, keselamatan di tahun politik ini," paparnya.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved