Reuni Akbar Alumni 212
Reuni Akbar Alumni 212 - FPI Sebut Nonmuslim Australia Ingin Hadir, PAN Serukan Kadernya Tidak Ikut
Gelaran Reuni Akbar Alumni 212 akan berlangsung Minggu (2/12/2018) rencananya akan berbeda dari biasanya, yakni akan dihadiri nonmuslim Australia.
SURYA.co.id | JAKARTA - Gelaran Reuni Akbar Alumni 212 akan berlangsung pada Minggu (2/12/2018) rencananya akan berbeda dari biasanya, yakni akan dihadiri umat nonmuslim Australia.
Ketua Umum Front Pembela Islam ( FPI) KH Shabri Lubis mengungkapkan itu, bahwa Reuni Akbar Alumni 212 nanti akan berbeda.
"Kami buat lebih indah dan semarak termasuk lebih akomodatif. Mengakomodasi berbagai macam kalangan seperti kalangan nonmuslim yang banyak sekali ingin hadir," kata KH Shabri Lubis, Rabu (28/11/2018).
• Pengumuman Hasil Tes SKD CPNS Pemkot Surabaya Akan Dilakukan Pekan Depan
• Tak Cuma Pernikahan yang Super Mewah, Pertunangan Jusup-Clarissa Juga Telah Biaya Rp 1 Miliar
• Jalankan Tugas Sebagai Presiden UCLG, Walikota Surabaya Tri Rismaharini Pergi ke Korea Selatan
KH Shabri Lubis mengungkapkan, banyak umat nonmuslim yang ingin bergabung termasuk dari mancanegara.
"Saya bahkan mendengar ada umat nonmuslim Australia juga ingin hadir dan minta bertanya, apakah akan disiapkan tempat atau tidak," lanjutnya.
Pada 2018 ini, dikatakan KH Shabri Lubis, pihaknya akan siapkan ruang dan tempat khusus untuk pengunjung nonmuslim.
KH Shabri Lubis juga mengklaim, pada aksi 212 dua tahun lalu, banyak umat nonmuslim yang hadir.
"Tapi tempatnya terpisah-pisah. Silakan teman-teman nonmuslim untuk hadir. Tempatnya akan diumumkan panitia," kata dia.
Dari sana, dirinya berharap acara tersebut tak hanya bersejarah bagi umat muslim, tapi juga seluruh masyarakat NKRI.
"Sehingga, acara 212 ini bukan hanya milik umat Islam, tapi juga milik persatuan NKRI," ujarnya.
Ketua Steering Comitte Reuni Akbar Alumni 212, Muhamad Al Khathath mengatakan jumlah massa yang akan hadir sekitar 4 juta orang.
Jumlah massa tersebut, dikatakan dia, terdiri dari sejumlah komunitas dan ormas Islam yang tersebar di Indonesia.
"Masyarakat tidak perlu takut datang ke Monas meskipun mendapatkan ancaman-ancaman," ujarnya.
Berkaca pada 2017, jumlah massa yang hadir tampak mengalami penurunan, yakni dari 7 juta menjadi 4 juta orang.
Namun, Al Khathath membantah jumlah tersebut mengalami penurunan.