Berita Kediri

Mahasiswa Kediri Ciptakan Aplikasi Pendeteksi Berita Hoax

Maraknya berita hoax di masa-masa pemilihan umum mendorong mahasiswa di Kediri menciptakan aplikasi untuk mendeteksi berita-berita hoax.

Penulis: Didik Mashudi | Editor: Eben Haezer Panca
surabaya.tribunnews.com/didik mashudi
Aditya Gusti Tammam, mahasiswa UNP Kediri yang membuat aplikasi pelacak berita hoax, Selasa (21/8/2018). 

SURYA.co.id | KEDIRI - Maraknya berita hoax pada tahun politik mendorong Aditya Gusti Tammam untuk membuat aplikasi deteksi berita hoax.

Hasil karyanya menciptakan deteksi berita hoax mendapatkan penghargaan juara 2 lomba Inovasi Teknologi (Infotek) 2018 Kota Kediri

"Saya melihat realita, berita hoax sekarang bertebaran di sosial media seperti facebook dan internet. Saya amati beritanya banyak yang hoax," ungkap Aditya Gusti Tammam kepada Surya, Selasa (21/8/2018).

Mahasiswa semester 8 Fakultas Teknik Universitas Nusantara PGRI (UNP) Kota Kediri mengamati sejak pemilu 2014 berita hoax semakin marak. Terlebih pada Pilkada di DKI Jakarta berita hoax semakin menjadi.

"Maraknya berita hoax itu membuat saya semakin miris. Apalagi dari informasi yang beredar itu banyak sekali yang melenceng," ungkapnya.

Baca: Kapolres Kediri Diduga Ikut Terlibat Praktik Calo SIM di Satpas

Baca: Diduga Terlibat Pungli Calo SIM, IPW Desak Polri Bawa Kapolres Kediri ke Pengadilan

Kemudian Tammam mengaitkan dengan yang dipelajari di kampus UNP yakni jurusan sistem informasi. "Kami mencoba mencari kaitan untuk menyelesaikan isu ini sesuai dengan jurusan yang kami pelajari," ungkapnya.

Tammam berupaya menerapkan logika dasarnya, untuk diotomasikan. Secara manual kalau kita mencari berita melalui pencari Google. Namun cara itu terlalu lama sehingga berita hoax cepat bertebaran.

"Kenapa hoax bertebaran karena kurangnya literasi media di masyarakat. Aplikasi yang kami kembangkan untuk menjawab masalah tersebut," ujarnya.

Untuk mengetahui apakah berita itu hoax atau tidak, masyarakat tak perlu repot browsing. Cukup dengan memasukkan berita yang didapat, nanti aplikasinya yang mencari sendiri melakukan literasi media secara otomatis.

"Untuk memasukan aplikasi hingga mendapatkan jawabannya rata-rata hanya butuh waktu dua menitan. Hal ini sangat tergantung dengan kondisi jaringan dan panjang konten berita yang dimasukkan," jelasnya.

Baca: Presiden Jokowi Kurban Satu Ekor Sapi di Jatim. Beratnya 1 Ton Lebih

Tammam menjelaskan, pihaknya banyak mendapatkan suport dari sejumlah koleganya sehingga mampu membuat aplikasi pelacak hoax. Untuk membuat progam sekaligus pengembangan progamnya dibutuhkan waktu sekitar sebulan. "Mencari metode penelitian ini cukup memakan waktu," tambahnya.

Tammam berharap ke depan aplikasi yang telah dibuat masih perlu dikembangkan lagi. Karena yang dibuatnya sekarang masih merupakan aplikasi dasar sehingga masih bslum siap untuk dipakai. "Aplikasi pelacak berita hoax ini melacak status media yang kredibel atau tidak," jelasnya.

Aplikasinya mampu menganalisa suatu konten berita dan melacak sumber-sumber dari konten terkait secara otomatis. Selain itu mampu melakukan kalkulasi probabilitas hoax atau fakta dari konten berita.

Sementara parameter media yang kredibel berdasarkan media yang telah dirilis Dewan Pers dan terakreditasi secara faktual dan administrasi. Ditambah juga daftar situs pemerintah yang dikeluarkan Kemendagri sehingga total jumlahnya sekitar 700.

"Harapan ke depan ada pengembangan weblist atau pengembangan cara pendekatan ke konten beritanya. Ini tantangan cukup berat dan butuh bimbingan pakar," tambahnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved