Single Focus

Dari Hobi Nonton Saat Indekos, Kini Sukses Jadi Produsen Film

Dari hobi nonton film untuk menghabiskan waktu selama indekos, Theo Maulana kini sukses menekuni produksi film pendek.

Penulis: Delya Octovie | Editor: Eben Haezer Panca
surabaya.tribunnews.com/ahmad zaimul haq
Sejumlah pelajar mengikuti workshop membuat film yang digelar Independen Film Surabaya (infis) di Royal Plaza, Jumat (30/3). 

SURYA.co.id | SURABAYA - Theo Maulana (24) sebelumnya tidak pernah terpikir akan menekuni dunia produksi film. Sebagai anak kos ketika masih SMA di Malang, Theo hanya ingin hiburan yang murah untuk mengusir rasa bosan dan sepi. Saat itu, pilihannya adalah menonton film

Namun, kebiasaannya menonton film ternyata memunculkan minat untuk memproduksi film sendiri. 

"Selama ngekos kan di luar kegiatan sekolah pasti sendirian, beda kalo di rumah bisa bunuh waktu dengan ngobrol sama keluarga. Sedang kalo pergi sama temen, pasti keluar uang. Jadi ya menghilangkan kebosanan dengan nonton film, baca novel. Sehari bisa sekali, bahkan lebih," tutur lulusan jurusan Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Airlangga ini.

Baru pada 2012, ia aktif membuat film sebagai akibat dari tuntutan mata kuliah dan kawan-kawan yang sangat menghargai film. Namun di tahun itu, Theo menggambarkan hubungannya dengan film masih sekedar main-main.

Ia baru serius memproduksi film pada 2015. Keputusan itu ia ambil, lantaran merasa senang dan nyaman ketika memroduksi film sebagai scriptwriter dan sutradara.

"Aku merasa, ternyata bikin film hari ini itu nggak angel. Aku semakin nemu keseruannya dengan film, aku merasa nemu wahana baru untuk menyampaikan tulisan. Selama ini aku nyampein cerita lewat tulisan, sekarang film," tutur pria yang sering didapuk menjadi pengisi materi di workshop film ini.

Hingga kini, Theo telah menghasilkan lima film. Dua di antaranya karya 'serius'-nya, yakni ‘Di Sekitar Televisi’ (2014), dan ‘Firaun’ (2016).

Di Sekitar Televisi adalah cerita pribadi keluarga Theo, yakni antara nenek dan budenya. Ia mengaku lebih suka membuat film dari isu yang dekat dengannya, sehingga ia lebih menguasai cerita.

Film inilah yang berhasil membawa Theo memenangkan Psychofest 2015, dan menembus platform film pendek Asia 'Viddsee'.

Bukan hanya Theo, ada banyak sosok muda seperti, Raka, Asad, Bayu 'Paktuwa', dan Firman, yang juga berkutat di bidang perfilman. Mahasiswa dari tiga kampus ternama, Universitas Airlangga, Universitas Kristen Petra, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopemberini, bahkan kemudian mendirikan production house (PH), People Film, pada 2013.

"Yang sering iseng bikin film indie ya mereka. Paktuwa itu pernah lolos nominasi Pekan Komunikasi Universitas Indonesia lewat filmnya ‘Jarah Hujan’ (2012), itu pertama kalinya dia bikin film. Kalo Raka filmnya ‘Remang Bilur’ (2015), lolos SCTV Film Award, dan masuk 50 besar Indonesia Short Film Festival," ungkap Bayu Aditya, Account Exectuive dan Manajer Internal People Film.

Bayu sendiri terakhir produksi film berjudul 'Kemunculan Firaun dalam Kisah yang Biasa' pada 2016 untuk tugas kuliahnya.

Sisi Nilai

People Film kini telah merambah produksi komersil, dengan deretan klien seperti Go-Jek, Gramedia, Bon Cafe, WWF, Akademi Kepolisian (Akpol), hingga PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB).

Mereka produksi iklan, company profile, TVC, hingga berbagi kebutuhan audio-visual terkait produk. Di tiap karya komersilnya, People Film berusaha tidak hanya memerhatikan sisi produksi, tetapi juga nilai.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved