Citizen Reporter

Amboi Sadapnya Makan Bajamba di Ranah Minang

ada balado belut, acar Minang, hingga jengkol santan dalam jamuan makan bajamba ini ... amboiii sadapnyaaa ...

Editor: Tri Hatma Ningsih
anggi putri/citizen reporter
Makan bajamba di Minang 

Reportase Anggi Putri
Blogger/traveler/cipoer Jombang

 

TRADISI makan bersama-sama mungkin sudah jamak dilakukan. Bahkan, restoran-restoran kini sudah menyediakan pilihan menu makan bersama atau makan besar. Namun terbayang tidak, makan bajamba langsung di di tanah aslinya, Minang?

Makan bajamba merupakan makan bersama-sama yang dibagi dalam kelompok-kelompok berjumlah 5-7 orang di tiap lingkaran. Tradisi ini juga dikenal sebagai makan barapak dan dilakukan masyarakat Minangkabau pada hari-hari besar keagamaan, pesta atau upacara adat, dan hal penting lainnya.

Namun makan bajamba kali ini digelar sebagai penyambutan para peninjau acara Payakumbuh Botuang Festival 2017 yang diikuti perwakilan dari 16 negara dan 15 provinsi di Indonesia.

Uniknya, proses ketika makan, nasi diambil sesuap saja dengan tangan kanan. Setelah ditambah sedikit lauk pauk, nasi dimasukkan ke mulut dengan cara dilempar dalam jarak yang dekat. Ketika tangan kanan menyuap nasi, tangan kiri telah ada di bawahnya untuk menghindari kemungkinan tercecernya nasi. Jika nasi yang tercecer jatuh di tangan kiri, harus dipindahkan ke tangan kanan lalu dimasukkan ke mulut dengan cara yang sama.

"Dalam makan bajamba ini terdapat arti nilai, yaitu nilai kebersamaan, nilai silaturahim, dan nilai pertemuan. Dan kali ini kita akan mencoba makan bajamba di tengah sawah," jelas Dede, panitia acara Payakumbuh Botuang Festival.

Menariknya, posisi duduk juga harus tegap atau tidak membungkuk dengan cara bersimpuh (basimpuah) bagi perempuan dan bersila (baselo) bagi laki-laki.

Satu hal penting, makanan harus dihabiskan. Lauk-pauk yang digunakan tradisi ini dimasak langsung oleh ibu-ibu Aur Kuning, Ampangan, Sumatera Barat. Jenis lauk-pauk pun asli khas masakan Minang, seperti belut balado, macho balado, acar khas Minang, pisang, lamang, dan jengkol santan.

Sebagai pelengkap juga disajikan pertunjukan pacu itiak (balap itik) dan sileklunau (bersilat di dalam lumpur) untuk memeriahkan dan menambah kekhasan acara Minangkabau ini.

Tradisi seperti ini sangat perlu untuk diadakan secara terus-menerus agar tidak luntur dimakan zaman dan juga tidak diklaim oleh negara lain karena kita sendiri kurang ambil bagian dalam pelestariannya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved