Bangunan Ponpes di Sidoarjo Ambruk

3 Amalan Ayah Alfatih Korban Selamat Ambruknya Ponpes Al Khoziny, Suasana Haru Sambut Kepulangannya

Terungkap amalan ayah Alfatih Cakra Buana, santri korban selamat insiden ambruknya Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo.

Kolase SURYA.co.id/Ahmad Faisol dan Yusron Naufal
KORBAN SELAMAT - (kiri) Alfatih Cakra Buana (14) korban selamat ambruknya Ponpes Al-Khoziny tiba di rumahnya di Bangkalan. (kanan) foto ilustrasi petugas gabungan melakukan proses evakuasi korban. 

Hanan mengaku, setiap kali mendengar kabar ada santri ditemukan hidup, harapan di hatinya kembali menyala.

“Setiap ada evakuasi hidup. Alhamdulillah, berarti ada yang hidup. Berarti anak saya semakin besar harapan hidup. Karena ada yang evakuasi hidup. Berarti ada yang hidup. Mudah-mudahan Alfatih hidup,” ujarnya penuh haru.

Selain membaca Al-Qur’an, Hanan juga memperbanyak Sholawat Al-Fatih, sebuah amalan yang sangat ia yakini membawa keberkahan.

“Saya baca sholawat terus. Sampai munanjat ke Allah, saya namai anak saya dengan Alfatih itu. Saya mengamalkan banyak Sholawat Al-Fatih, itu pun mudah-mudahan dapat berkahnya ini,” tambahnya.

Doa panjang itu akhirnya dijawab. Seorang anggota tim SAR yang juga mengenal Hanan datang membawa kabar bahagia, Alfatih ditemukan selamat.

“Karena yang evakuasi ini kebetulan murid dari santrinya Bapak, sehingga kenal dengan saya. Tanya ke saya, ‘Yai, nama anak Yai dengan siapa?’ Alfatih Cakra Buana. Langsung nangis dia, langsung peluk saya. ‘Saya yang nyelamatkan barusan Yai, Alfatih Cakra Buana benar ada. Sekarang aku masuk lagi’. Saya nangis, sujud syukur, Ya Allah,” kisah Hanan menirukan percakapannya dengan petugas tersebut.

Percaya pada Tim Penyelamat

Hanan sepenuhnya menyerahkan proses evakuasi kepada tim SAR. Ia menyadari para penyelamat memiliki keahlian dan keberanian luar biasa untuk menghadapi situasi berisiko tinggi.

“Saya mempercayakan sepenuhnya kepada tim SAR, saya berterima kasih kepada beliau-beliau yang masuk, itu risiko semua. Saya aja orang tuanya tidak berkorban seperti itu, seperti mereka.

Mereka melihat mayat bagaimana. Masuk gorong-gorong, itu saya tidak bisa. Saya berterima kasih. Jadi saya percayakan mereka ahlinya ya sudah. Itu adalah bentuk usaha,” ungkapnya.

Ia juga mengingatkan para orangtua santri lain agar tidak merasa bersalah jika tidak ikut turun langsung membantu evakuasi.

“Jadi bukan berarti ketika kita diam di hari ini tidak nolong anak kita, kita diam aja sedang nolong. Karena sudah ada yang bekerja dan itu profesional. Ketika ditanya, kamu tidak nolong anak kamu? Mau bongkar-bongkar dulu? Malah tambah bahaya karena kita tidak tahu ilmu. Sudah, makanya jangan kecil hati kalau pasalkan tidak berusaha. Sudah, kita semuanya berusaha maksimal, dengan doa,” pesannya menenangkan.

Momen Haru Sang Anak

Momen haru terjadi saat ayah dan anak itu akhirnya kembali bertemu. Di tengah kelelahan dan rasa syukur, permintaan pertama Alfatih justru membuat sang ayah tersenyum.

“Dia bilang, belikan es. Katanya haus,” cerita Hanan sambil tertawa kecil.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved