Bangunan Ponpes di Sidoarjo Ambruk

Ponpes Al Khoziny Ambruk, Ahli Sipil Ingatkan Pentingnya Perhitungan Teknik dan Mutu Material

Pakar teknik sipil dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, Dr. Yudha Lesmana, menyampaikan belasungkawa atas peristiwa tersebut.

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.co.id/M Taufik
AMBRUK - Bangunan musala tiga lantai di kompleks pondok pesantren Al Khoziny Sidoarjo yang ambruk menimpa puluhan santri yang sedang sholat Ashar, Senin (29/9/2025) sore. Pakar teknik sipil dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, Dr. Yudha Lesmana mengingatkan pentingnya perhitungan teknik dan mutu material saat membangun. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA – Tragedi ambruknya bangunan musala tiga lantai di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur yang menelan korban jiwa, Senin (29/9/2025) sore, menyisakan duka mendalam. 

Hingga Selasa (30/9/2025) siang, proses evakuasi masih berlangsung dengan temuan korban meninggal dunia bertambah menjadi tiga orang.

Pakar teknik sipil dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, Dr. Yudha Lesmana, menyampaikan belasungkawa atas peristiwa tersebut. 

“Kami turut berbelasungkawa, semoga keluarga dan korban bisa diberi kesabaran,” ujarnya saat dihubungi SURYA.CO.ID, Selasa (30/9/2025).

Menurutnya, dari pemberitaan media, bangunan yang runtuh diketahui masih dalam tahap pengecoran. 

Secara prinsip, proses pengecoran tidak akan menimbulkan masalah jika sesuai perencanaan. Namun ia menduga ada kemungkinan usia pengecoran yang belum matang.

“Kalau ini gedung baru yang dibangun bertahap, ada kekhawatiran umur pengecoran belum cukup. Ibaratnya, beton masih lemah karena belum matang sudah ditambah beban baru. Minimal 14 hari, idealnya 28 hari untuk mencapai kekuatan yang memadai,” jelasnya.

Baca juga: BREAKING NEWS Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Bertambah, Total 3 Orang Meninggal

Dr. Yudha menekankan pentingnya keterlibatan ahli teknik sipil dalam perencanaan dan pembangunan gedung, termasuk yang diperuntukkan bagi pesantren. 

Banyak kasus di lapangan, bangunan dikerjakan tanpa hitungan teknis yang matang dan hanya mengandalkan pengalaman tukang atau kontraktor.

“Gedung ini perlu dilihat apakah direncanakan tenaga teknik sipil atau tidak. Bahannya sesuai mutu atau tidak. Dalam praktik, ada perhitungan teknik sipil untuk IMB, tapi pelaksanaannya sering tidak sesuai. Bisa saja material yang dibeli tidak sesuai spesifikasi. Ini fenomena jamak di masyarakat,” paparnya.

Baca juga: 7 Santri Masih Terjebak Reruntuhan Musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Seperti Ini Proses Evakuasinya

Dosen yang sehari-hari mengajar struktur beton, baja, dan struktur tahan gempa itu mengingatkan, banyak bangunan rendah di Indonesia dibangun tanpa standar rekayasa struktur yang memadai. 

Hal itu berbeda dengan bangunan tinggi yang perhitungannya lebih detail dan ketat.

Baca juga: Sosok Alvan Korban Tewas Ambruknya Musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo ternyata Baru Lulus SD

“Kalau sesuai umur, perhitungan benar, dan bahan sesuai, sebenarnya tidak ada masalah gedung itu digunakan meskipun masih ada proses pengecoran. Problemnya, banyak pembangunan tidak sesuai engineering structure,” tegasnya.

Hingga kini, penyebab pasti ambruknya bangunan di Ponpes Al Khoziny masih dalam penyelidikan.

BACA BERITA SURYA.CO.ID LAINNYA DI " rel="nofollow">GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved