Berita Viral
Sosok Rachmat Fajar Lubis, Peneliti BRIN yang Respons Isu Sumber Air Aqua usai Disidak Dedi Mulyadi
Ini sosok peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merespons dugaan Aqua menggunakan sumur bor sebagai sumber air.
Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID - Seorang peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merespons dugaan Aqua menggunakan sumur bor sebagai sumber air.
Sosok itu adalah Rachmat Fajar Lubis, Peneliti Hidrologi dari Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN.
Rachmat Fajar Lubis menanggapi dugaan yang muncul imbas unggahan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, saat melakukan sidak ke pabrik Aqua di Kabupaten Subang.
Saat itu, pria yang akrab disapa KDM itu mempertanyakan sumber air yang digunakan pabrik Aqua.
Hasilnya cukup mengejutkan.
Pihak pabrik menjelaskan, air yang digunakan tidak berasal langsung dari mata air pegunungan, melainkan dari lapisan bawah tanah (akuifer) yang diambil melalui sumur bor sedalam 60 hingga 140 meter.
Fakta tersebut pun jadi kontroversi di masyarakat.
Menanggapi fenomena tersebut, Rachmat Fajar Lubis angkat bicara.
Dia menjelaskan, air tanah merupakan sumber utama bagi banyak perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK).
Baca juga: Respon Kementerian ESDM dan BRIN Soal Dugaan Aqua Pakai Air Sumur Bor Usai Disidak Dedi Mulyadi
Air tanah sendiri dibagi menjadi dua karakter.
Pertama, air tanah bebas berada dekat permukaan dan sering dikenal sebagai air tanah dangkal. Air tanah ini memiliki tekanan sama dengan udara di sekitar.
Air dari sumber tersebut biasa dimanfaatkan masyarakat untuk sumur rumah tangga, terlebih pengambilannya mudah dan tidak terlalu dalam.
Sementara air tanah bebas, yang sering disebut akuifer dalam, memiliki tekanan lebih tinggi dari permukaan tanah dan dilindungi oleh lapisan kedap air di atasnya.
Jenis air ini tidak mudah terpengaruh oleh musim maupun aktivitas di permukaan..
Namun, karena letaknya yang dalam dan terlindung, pengambilan air tanah tertekan harus melalui izin resmi dan dikenakan pajak air tanah, tidak bisa dilakukan sembarangan.
Peneliti BRIN menjelaskan, sebenarnya semua perusahaan AMDK menggunakan metode bor untuk mengambil air dari lapisan akuifer yang sama.
Namun, cara pengambilannya saja yang berbeda.
Baca juga: Gelagat Wahyu, Sopir Ambulans di Ciamis Sebelum Meninggal saat Bertugas Antar Jenazah ke Rumah Duka
Dia pun menyoroti istilah 'air pegunungan' yang sering disalahartikan masyarakat.
Tentu, ini adalah revisi artikel Anda dengan penyesuaian untuk SEO dan kaidah jurnalistik, dengan mempertahankan makna aslinya:
Istilah 'mata air ke air pegunungan' dianggap bukan penipuan, melainkan penyesuaian ilmiah dan regulasi yang mencerminkan praktik pengambilan air modern.
Namun, persepsi publik saat ini masih sangat dipengaruhi oleh citra iklan AMDK di masa lalu.
Hal ini menyebabkan banyak masyarakat percaya bahwa air kemasan diambil langsung dari pancuran gunung.
Oleh karena itu, Fajar menekankan pentingnya edukasi publik yang lebih transparan mengenai sumber air, proses pengolahan, dan regulasi pengawasan AMDK.
Baca juga: 2 Sosok Anggota DPR yang Sentil Purbaya dan Dedi Mulyadi Gara-gara Adu Data Dana Mengendap di Bank
Pada dasarnya, air tersebut tetap berasal dari proses alami: air hujan meresap ke dalam tanah, tersaring oleh lapisan batuan, dan muncul di lapisan air tanah dalam.
Air ini kemudian diambil melalui sumur industri yang berizin.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa air Aqua (atau AMDK sejenis) memang bersumber dari pegunungan, tetapi pengambilannya tidak dilakukan langsung dari mata air di permukaan.
Sosok Rachmat Fajar Lubis
Dilansir dari akun LinkedIn, Rachmat Fajar Lubis merupakan mahasiswa Hidrogeologi, Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1990-1995.
Kemudian, ia melanjutkan pendidikan S3 di Ilmu Geosistem dan Biosistem, Universitas Chiba, Jepang.
Dengan latar belakang tersebut, ia ahli dalam menangani air tanah akibat aktivitas antropogenik dan hubungannya dengan badan air lainnya sebagai jasa lingkungan.
Dia juga berpengalaman sebagai Koordinator Riset Nasional dan aktif terlibat dalam berbagai penyusunan dokumen ilmiah untuk pemerintah.
Awalnya, Rachmat berprofesi sebagai Peneliti Hidrogeologi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) selama 15 tahun, terhitung pada Desember 2008 hingga Desember 2023.
Kemudian, sejak September 2021, Rachmat bergabung dengan BRIN.
===
Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.
Klik di sini untuk untuk bergabung
berita viral
Peneliti BRIN
Rachmat Fajar Lubis
SURYA.co.id
surabaya.tribunnews.com
Peneliti Hidrologi
sumber air Aqua
Meaningful
Multiangle
Dedi Mulyadi
Gubernur Jawa Barat
| 2 Ancaman Menkeu Purbaya ke Importir Pakaian Bekas dalam Karung, Ditangkap hingga Blacklist |
|
|---|
| Rezeki Nomplok Bu Vina Tetangga yang Bantu Safitri saat Diceraikan Suami PPPK, Nangis Diajak Umroh |
|
|---|
| Rekam Jejak Mayor Chk Subiyatno Hakim Sidang Kasus Prada Lucky, Prajurit yang Tewas Dianiaya Senior |
|
|---|
| Gelagat Raisa Sebelum Gugat Cerai Hamish Daud, Girang Dibayarin Belanja, Sindir Sang Suami? |
|
|---|
| 3 Fakta Baru Kasus Ijazah Jokowi: Elite Projo Sudah Lihat yang Asli, Roy Suryo Beber Kejanggalan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/Sosok-Peneliti-BRIN-yang-Respons-Dugaan-Aqua-Pakai-Air-Sumur-Bor-usai-Disidak-Dedi-Mulyadi.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.