Kasus Gagal Ginjal di Usia Muda dan Produktif Kian Naik, dr Decsa Medika Tekankan Gaya Hidup Sehat
Dalam beberapa tahun terakhir, kasus gagal ginjal banyak ditemukan pada usia muda dan produktif.
Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: irwan sy
Ringkasan Berita:
- Angka gagal ginjal usia muda (18 tahun ke atas) di Surabaya meningkat signifikan dalam 5-10 tahun terakhir.
- Pemicu utama adalah perubahan gaya hidup tidak sehat (diabetes, hipertensi, obesitas), bukan hanya genetik.
- Sebanyak 80-90 persen pasien datang terlambat (stadium akhir) karena tidak merasa ada keluhan, padahal sudah rusak.
- Disarankan medical check-up rutin sejak usia 25 atau 30 tahun dan meningkatkan aktivitas fisik serta menjaga pola makan.
SURYA.co.id, SURABAYA – Dalam beberapa tahun terakhir, kasus gagal ginjal banyak ditemukan pada usia muda dan produktif.
"Salah satunya faktor gagal ginjal disebut perubahan gaya hidup masyarakat modern. Ini trennya tidak tiba-tiba meningkat. Sudah 5–10 tahun terakhir angka gagal ginjal yang usia muda itu mulai meningkat. Utamanya yang 18 tahun ke atas di Surabaya. Usia muda presentasi belum melihat tapi dalam satu sesi tindakan dialisis, itu 30-40 persen usia muda,” jelas dr Decsa Medika Hertanto saat ditemui di sebuah acara seminar kesehatan di Whyndam Hotel Surabaya, Selasa (4/11/2025).
Baca juga: Tahun Ini Kasus Gagal Ginjal di Bondowoso Meningkat , Ratusan Pasien Kebanyakan Dewasa Produktif
Menurutnya, penyebab utama gagal ginjal bukan hanya faktor genetik, tetapi juga dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat.
“Penyebabnya bisa karena diabetes, hipertensi, batu ginjal, autoimun, atau infeksi. Tapi rata-rata semuanya berakar dari gaya hidup,” ungkapnya.
Bahkan, sebagian besar pasien pria muda datang ke rumah sakit dalam kondisi sudah stadium akhir.
“Sekitar 80–90 persen pasien datang terlambat karena merasa tidak ada keluhan. Saat diperiksa, ternyata sudah stadium akhir,” tambahnya.
Ia menyebutkan, faktor risiko yang perlu diwaspadai antara lain obesitas, tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi, dan riwayat keluarga dengan penyakit ginjal.
Decsa menyarankan agar masyarakat mulai melakukan medical check-up rutin minimal setahun sekali, terutama bagi yang berusia di atas 25 maupun di atas 30 tahun.
“Dulu check-up disarankan di atas usia 40 tahun, tapi sekarang angka gagal ginjal meningkat, jadi mulai usia 25 atau 30 tahun sebaiknya sudah rutin periksa, apalagi jika punya faktor risiko,” ujarnya.
Pentingnya Aktivitas Fisik
Selain faktor medis, dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi itu menilai perubahan gaya hidup akibat kemajuan teknologi juga berpengaruh besar terhadap meningkatnya risiko gagal ginjal di usia muda.
Selain itu, dr Decsa juga mengimbau masyarakat untuk memperhatikan komposisi makanan, seperti menghindari makanan tinggi garam, tinggi gula dan produk ultraproses.
Ia mengingatkan pentingnya aktivitas fisik harian.
“Dulu kalau mau beli makan, harus jalan kaki. Sekarang tinggal pesan lewat aplikasi. Aktivitas fisik makin berkurang. Belum lagi tren makanan viral, mukbang, semua dicoba,” katanya.
Dengan menjaga pola hidup sehat tersebut dapat mengurangi risiko gagal ginjal.
Terkait peluang sembuh, dr Decsa menjelaskan bahwa tingkat kesembuhan bergantung pada jenis gagal ginjal yang dialami pasien.
Ia berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya deteksi dini dan perubahan gaya hidup.
“Kalau gagal ginjal akut masih bisa sembuh, tapi kalau sudah kronik dan ginjalnya rusak, tidak bisa kembali seperti semula. Biasanya dibantu dengan cangkok ginjal atau cuci darah,” jelasnya.
Terkait transplantasi ginjal, Decsa menyebut dapat meningkatkan kualitas hidup pasien, tidak lagi bergantung pada dialisis dan dapat beraktivitas kembali.
Tindakan tersebut sudah dapat dilakukan di Surabaya, sehingga menambah opsi modalitas terapi pada penyakit ginjal stadium 5.
“Justru berminat tapi yang sulit mencari donornya karena yang bisa kita lakukan sekarang mencari donor keluarga, kalau di luar negeri masing-masing penduduknya sudah punya kesadaran bahwa saya merelakan ginjal saya untuk didonorkan agar bermanfat. Pada saat meninggal tidak lagi butuh ginjal untuk kelangsungan hidup yang masih hidup, sehingga itu didonorkan tapi di kita terkendala tradisi budaya,” ucapnya.
| Warga Sidoarjo Divonis 10 Tahun Akibat Nodai Putri Tirinya di Gresik, JPU Belum Bisa Menerima |
|
|---|
| Antisipasi Potensi Bencana Hidrometeorologi di Kab Mojokerto, Wabup Rizal Siagakan Ratusan Personel |
|
|---|
| Sambaran Petir di Banyuwangi Tewaskan Lansia Disaksikan Sang Cucu, Rumah Terbakar |
|
|---|
| Satreskrim Polres Gresik Tangkap Pelaku Curanmor asal Sampang, Diringkus saat sembunyi di Bali |
|
|---|
| Inspektorat Jember Dalami Mark-Up Klaim BPJS di RSD Balung, Ada Dokter Spesialis Ortopedi Terlibat |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/KESEHATAN-GINJAL-dr-Decsa-Medika-Hertanto-saat-ditemui-di-s.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.