Rasakan Kebersamaan Dalam Ngopi Sepuluh Ewu, Turis Ceko Terkesan Keramahan Warga Banyuwangi
Suasana keakraban memang tidak bisa terbeli. Sepanjang jalan utama desa adat disulap menjadi warung kopi dadakan.
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Deddy Humana
Sementara Ardek menambahkan kesannya. “Banyuwangi sangat ramah. Banyak festival menarik seperti ini. Saya pasti merekomendasikan teman-teman saya datang ke sini,” tuturnya.
Ngopi Sewu ini juga dihadiri selebgram Winona Araminta yang datang bersama keluarganya. Ia mengaku baru pertama kali menikmati suasana Ngopi Sepuluh Ewu di Desa Kemiren, karena kesibukannya di Jakarta.
“Vibes-nya menyenangkan. Ramai banget, gak nyangka. Terus makanannya enak-enak dan murah-murah,” kata selebgram ini.
Kepala Desa Kemiren, M Arifin mengatakan, festival ini telah berlangsung selama 12 tahun berkat dukungan dan kekompakan warga desa.
Menurutnya, kegiatan ini tidak lepas dari filosofi yang dipegang masyarakat Osing yakni suguh, gupuh, lungguh dalam menerima tamu.
Suguh berarti suguhan atau hidangan. Gupuh artinya antusias dalam menerima tamu. Ada pun lungguh (duduk) memiliki filosofi menyiapkan tempat sebaik-baiknya bagi setiap tamu yang datang.
“Ngopi sepuluh ewu ini adalah bentuk nyata dari suguh, gupuh, lungguh masyarakat Osing dalam menerima tamu. Kegiatan ini juga menjadi sarana pemberdayaan ekonomi warga, sekaligus menjaga warisan budaya,” kata Arifin. ****
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/ngopi-10-di-Banyuwangi-2.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.