Teguh Berpegang Keilmuan Ala Santri, Huda Raih Jabatan Kaprodi Muda Magister PAI Undar Jombang

Lahir di Bangkalan, 18 Desember 1995, Huda tumbuh di tengah keluarga sederhana namun sarat nilai keikhlasan dan cinta ilmu. 

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Deddy Humana
surya/anggit puji widodo
SANTRI JOMBANG - Najihul Huda, Kepala Program Studi (Kaprodi) Magister Pendidikan Agama Islam (MPAI) Pascasarjana Universitas Darul Ulum (Undar) Jombang. 

Selama menempuh pendidikan magister, ia banyak belajar dari dosen-dosen inspiratif, salah satunya Prof Tadjoer Ridjal, guru besar yang dikenal berwawasan luas dan rendah hati.

"Prof Tadjoer luar biasa. Beliau tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga nilai. Saya belajar bagaimana menjadi akademisi yang tetap membumi," ungkap Huda.

Kemudian di tahun 2021 menjadi titik penting. Ia resmi menyandang gelar magister dan diwisuda oleh Rektor Dr H Amir Maliki Abitholka. 

Tak lama setelah itu, atas restu sang guru, ia mulai mengabdi sebagai dosen di Program Studi Pendidikan Agama Islam Undar. 

Jalan ilmunya tak berhenti hanya sampai menjadi dosen. Seolah haus ilmu, di tahun 2022 lembaran baru terbuka. 

Di mana ia berhasil meraih Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) dari Kementerian Agama RI bekerja sama dengan LPDP, untuk menempuh studi doktoral di UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA).

"Beasiswa itu bukan hadiah, tetapi amanah. Saya ingin membuktikan bahwa santri juga bisa berprestasi di level nasional, selama mau berjuang dan tidak meninggalkan adab," ungkapnya.

Seolah sudah ditunjukkan jalan terang, dua tahun kemudian tepat pada tahun 2024, kepercayaan besar datang. Huda ditunjuk menjadi Ketua Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam (MPAI) di Program Pascasarjana Universitas Darul Ulum Jombang

Di usia yang masih muda, dengan gelar SPd, MPd, jabatan itu terasa berat namun ia menerimanya dengan penuh kerendahan hati.

"Saya tidak merasa lebih dari yang lain. Ini bukan soal usia atau jabatan, tetapi soal tanggung jawab. Saya hanya ingin terus belajar sambil berkhidmat di kampus yang telah membesarkan saya," bebernya.

Baginya, posisi itu adalah bentuk pengabdian dan tabarrukan kepada pendiri Undar, Dr KH Musta’in Romly, yang juga ayah dari sang guru spiritualnya, Gus Mudjib Musta’in Romly.

"Bagi saya, Undar itu kampus barokah. Saya ingin ikut menjaga semangat pendirinya yang luar biasa, ‘Berotak London, Berhati Masjidil Haram," lanjutnya. 

Kini di sela kesibukannya sebagai dosen dan mahasiswa doktoral, Huda tetap menjaga kesederhanaan khas santri. Ia meyakini bahwa ilmu bukan sekadar alat mencapai status, melainkan sarana untuk menebar manfaat.

"Bagi saya, perjalanan hidup ini bukan tentang siapa yang paling hebat, tapi siapa yang paling banyak memberi manfaat. Ilmu itu harus membuat kita semakin rendah hati," ia memungkasi. *****

Sumber: Surya
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved