Bangunan Ponpes di Sidoarjo Ambruk

Santri 14 Tahun Ini Tabah Meski Diamputasi, Siap Kembali Ke Al Khoziny Sidoarjo Dengan Kaki Baru

Tentu ia ingin kembali dengan kaki barunya nanti. “Saya ingin dibelikan kaki (palsu) yang baru,” ujar Syaiful saat ditemui di rumah sakit

|
Penulis: M Taufik | Editor: Deddy Humana
surya/M Taufik (M Taufik)
SIAP KEMBALI - Syaiful Rossy Abdillah (kanan), santri Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo. menjalani perawatan di RSUD Notopuro Sidoarjo, Senin (6/10/2025). Kaki kanan santri 14 tahun itu diamputasi akibat terjepit reruntuhan mushala berlantai tiga ponpes di Buduran itu. 

SURYA.CO.ID, SIDOARJO - Dari tragedi runtuhnya bangunan pesantren Al Khoziny Buduran Sidoarjo yang menggetarkan batin semua orang, ada sekelumit kisah ketabahan salah satu santrinya, Syaiful Rossy Abdillah (14).

Meski masih bocah, Syaiful menunjukkan ketegaran dan kematangannya pasca kejadian itu. Meski ia harus kehilangan salah satu kakinya karena diamputasi pasca kejadian.

Syaiful memang sempat shock, dan ia masih menjalani perawatan di RSUD Notopuro Sidoarjo. Orangtua dan keluarga terus menjaga dan menemaninya selama menjalani perawatan.

Ia berhasil dievakuasi setelah tiga hari terjebak di bawah reruntuhan bangunan tiga lantai di kompleks Ponpes Al Khoziny beberapa waktu lalu. Karena terjepit balok, kaki kanannya terpaksa diamputasi. 

Yang mengharukan, bocah ini mampu memulihkan mentalnya dengan cepat dan sepertinya tidak trauma. Ia mengaku siap kembali mondok di pesantrennya setelah sembuh. 

Tentu ia ingin kembali dengan kaki barunya nanti. “Saya ingin dibelikan kaki (palsu) yang baru,” ujar Syaiful saat ditemui di rumah sakit, Senin (6/10/2025). 

Syaiful bercerita, saat bangunan roboh ia sedang ikut shalat Ashar berjamaah di lantai dasar bangunan itu. Saat rakaat pertama, ia menyebut mulai ada tanda-tanda suara retakan dan beberapa kayu terjatuh. 

“Kemudian di rakaat kedua, bangunan mulai runtuh. Teman-teman berlarian, saya juga ikutan. Tetapi keburu terjebak di bawah reruntuhan,” kisahnya. 

Pada saat awal, Syaiful dan beberapa temannya sempat berulang kali teriak minta tolong. Tak lama kemudian, juga berhasil komunikasi dengan petugas yang hendak menolongnya.  

Tiga hari berada di bawah reruntuhan, Syaiful terus berkomunikasi. Ia mendapat suplai oksigen dan makanan dari petugas SAR gabungan yang berupaya menolongnya.  “Saya juga sempat akan ditarik tetapi kaki saya terjepit. Sehingga menunggu dibongkar baru bisa keluar,” lanjutnya. 

Sesampai di rumah sakit, Syaiful menjalani perawatan dan akhirnya diputuskan kaki kanannya harus diamputasi. Karena kondisinya sudah seperti itu, keluarga pun menyetujuinya. 

Selama proses pencarian hingga menjalani perawatan, keluarga terus menungguinya. Idrus, ayah Syaiful mengaku sangat bersyukur anaknya selamat dalam musibah robohnya gedung tersebut.  

“Saat tahu kondisi bangunan roboh seperti itu, saya sudah pasrah. Saya kira anak saya sudah tidak ada. Saya sudah ikhlas atas musibah ini,” kata Idrus di sela mendampingi putranya di rumah sakit milik Pemkab Sidoarjo tersebut.  

Bahkan Idrus mengaku empat tidak percaya ketika mendapat kabar putranya selamat dalam peristiwa itu. Meski anaknya harus kehilangan kaki kanannya, Idrus juga mengaku ikhlas dengan semuanya. Bahkan ia bersyukur kondisi anaknya sekarang sudah membaik. 

“Sesekali mengeluh sakit seperti nyeri di kakinya itu. Tetapi yang setiap hari dikatakannya, dia ingin dibelikan kaki baru. Mungkin minder dengan kondisi kakinya jika harus bertemu dengan teman-temannya lagi,” lanjut Idrus. 

Kendati anaknya menjadi korban, Idrus menegaskan tidak akan menuntut pihak pesantren. Ia menilai peristiwa tersebut merupakan ujian dan bagian dari takdir. “Saya yakin (semua ini takdir) seperti itu, jadi saya ikhlas. Kami tidak akan menuntut atau sebagainya,” tegasnya. *****

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved