Pria Pacitan Bunuh Keluarga Mantan Istri
Kronologi Wawan Pria Pacitan Bunuh Keluarga Mantan Istri, Datang Langsung Ngamuk Lalu Kabur ke Hutan
Berikut kronologi Wawan, Pria Pacitan, Jawa Timur, tega membunuh keluarga mantan istrinya. Pelaku datang langsung ngamuk, lalu kabur ke hutan.
Penulis: Pramita Kusumaningrum | Editor: Putra Dewangga Candra Seta
Kapolres Pacitan, AKBP Ayub Diponegoro Azhar, membenarkan peristiwa tragis tersebut. Ia menjelaskan, pelaku langsung kabur ke arah hutan setelah melakukan aksinya.
“Pelaku melarikan diri ke hutan setelah menghabisi keluarga mantan istri,” ungkap Kapolres Pacitan, Minggu (21/9/2025).
Baca juga: Breaking News - Pria di Pacitan Bunuh Keluarga Mantan Istri, 1 Orang Tewas dan Anak Menghilang
Polisi kini masih melakukan pengejaran dengan dibantu warga sekitar. Barang bukti berupa pakaian berlumuran darah serta serpihan daging sudah diamankan.
“Sementara itu, ini masih kita dalami. Ada yang ngomong sakit hati,” jelas Ayub.
Meski begitu, pemeriksaan saksi belum bisa dilakukan secara lengkap karena kondisi korban yang masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
“Saksi semua masih kondisi ini ya masih berat ya di rumah sakit,” pungkasnya.
Tragedi di Pacitan ini kembali mengingatkan kita pada rapuhnya relasi keluarga ketika konflik rumah tangga tidak dikelola dengan sehat.
Perpisahan seharusnya menjadi jalan keluar yang memberi ruang bagi masing-masing pihak untuk menata hidup baru.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya, rasa sakit hati berubah menjadi dendam yang menelan korban jiwa.
Dari sisi kemanusiaan, kasus ini menyisakan luka mendalam. Seorang mertua kehilangan nyawa, empat orang harus menjalani perawatan serius, dan seorang anak remaja ikut hilang dalam pusaran konflik orang tuanya.
Situasi ini tidak hanya menimpa keluarga korban, tetapi juga menjadi trauma kolektif bagi masyarakat sekitar yang menyaksikan betapa cepat amarah bisa merenggut rasa aman.
Sebagai penulis, saya melihat peristiwa ini bukan sekadar berita kriminal. Ada pesan penting yang harus direnungkan: perlunya dukungan psikologis, mediasi keluarga, serta intervensi sosial ketika perceraian terjadi.
Tanpa itu, rasa sakit hati bisa bertransformasi menjadi tindakan nekat yang menghancurkan banyak nyawa.
Kepolisian memang tengah mengejar pelaku, tetapi pekerjaan rumah terbesar tetaplah bagaimana masyarakat dan pemerintah bersama-sama mencegah kasus serupa terulang.
Sebab, tragedi ini bukan hanya soal hukum, tetapi juga soal kegagalan kita menjaga harmoni di lingkar terkecil kehidupan: keluarga.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.