Primadona Desa Kini Merana, Angkudes di Bondowoso Kurang Diminati, Trayek dan Armada Pun Merosot

Menurutnya, akibat semakin sedikit warga yang naik Angkudes, banyak pengusaha angkutan yang menjual kendaraannya

Penulis: Sinca Ari Pangistu | Editor: Deddy Humana
surya/Sinca Ari Pangistu (Sinca)
ANGKUTAN DESA - Angkutan desa (Angkudes) trayek Bondowoso-Tamanan-Karangmelok mangkal menunggu penumpang di pinggiran Pasar Induk Bondowoso, Kamis (18/9/2025). 

SURYA.CO.ID, BONDOWOSO - Angkutan pedesaan (Angkudes) di Bondowoso pernah menjadi primadona karena menjadi moda andalan masyarakat sampai ke pelosok. Tetapi masa jaya itu mulai redup karena semakin jarang diminati saat ini. 

Akibatnya, jumlah trayek hingga kendaraan angkutan hanya tersisa belasan armada saja. Penyebabnya karena makin banyak warga Bondowoso memiliki kendaraan pribadi dan enggan naik Angkudes.

Rosi, warga Desa Kembang, Kecamatan Tlogosari mengaku terakhir naik angkutan desa tahun 2013 saat masih pelajar. Sekarang, ia enggan naik angkudes karena sudah punya kendaraan pribadi. "Lebih hemat naik sepeda sendiri," kata Rosi, Kamis (18/9/2025).

Bayu Aji Prabowo, Kepala Seksi Fasilitasi Angkutan, Dinas Perhubungan Bondowoso menjelaskan, sekarang hanya tersisa 3 trayek angkutan pedesaan. 

Yaitu, trayek Bondowoso-Tamanan-Karangmelok, trayek Bondowoso-Pujer-Tlogosari, dan trayek Bondowoso-Ijen.

Di tahun 2002 masih ada 5 trayek Angkudes. Namun pelahan dua trayek ditutup yakni trayek Prajekan-Widuri-Cerme-Bercak, dan trayek Wonosari-Garduatak-Sumberwringin. "Kondisinya semakin turun. Akibat banyaknya kendaraan pribadi," kata Bayu.

Menurutnya, akibat semakin sedikit warga yang naik Angkudes, banyak pengusaha angkutan yang menjual kendaraannya. Dulunya di tahun 2002, jumlah angkutan di lima trayek mencapai 130a roda empat.

Tetapi kini, jumlahnya tertinggal 13 armada. Belasan armada ini pun tidak setiap hari beroperasi. "Paling per harinya rata-rata antara 4,5,6 kendaraan saja," ujarnya.

Kondisi armada Angkudes ini juga sangat memprihatikan. Dishub sendiri tidak bisa intervensi untuk membantu peremajaan armada karena anggaran Dishub terbatas. Meski memberikan subsidi, hanya bisa pemberian subsidi tarif. 

Bayu mengakui dengan sedikitnya penumpang maka Angkudes sulit melakukan peremajaan. Bahkan semua angkutan desa sudah tidak membayar biaya trayek ke Dishub. 

Karena aturan yang baru, UU Nomor 22 Tahun 2009 operator trayek hanya boleh BUMN, BUMD, Koperasi, dan PT. Sementara trayek angkutan di Bondowoso semuanya perorangan. "Bukan masalah tutup mata, kami masih memberi kelonggaran. Tak mungkin kan kita mendadak menyuruh berhenti," ujarnya.

Iswadi, petugas Terminal Bondowoso mengatakan, trayek Bondowoso-Tamanan-Karangmelok, dan trayek Bondowoso-Pujer-Tlogosari masing-masing tersisa 2 armada. "Kalau angkutan Jember dan Situbondo masih banyak," ujarnya.

Ia menerangkan, Angkudes kerap mangkal di terminal. Namun dipastikan sudah tidak ada biaya karcis lagi alias gratis sejak 2013 lalu.

Sutarman, sopir Angkudes trayek Bondowoso-Tamanan-Karangmelok menerangkan, penurunan penumpang sangat drastis saat Covid-19 sampai sekarang.

Dulu dalam sehari, ia bisa mengangkut paling sedikit sembilan penumpang dengan paling sedikit 4 kali berputar trayek. Namun sekarang ia hanya berputar sekali, dengan maksimal penumpang umum hanya 5 orang.

Halaman
12
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved