Potongan Tubuh Manusia Tercecer

Mutilasi Sadis di Mojokerto, Pelaku Sengaja Tepis Norma Dan Rasa Kemanusiaan Untuk Hilangkan Jejak

Dalam melakukan perbuatannya sadar atau tidak sadar, tersangka menekan atau menghilangkan rasa kemanusiaan, moril dan nilai agama

|
Penulis: Mohammad Romadoni | Editor: Deddy Humana

SURYA.CO.ID, MOJOKERTO - Polisi mengungkap dugaan perilaku menyimpang pada diri tersangka AM (24), pelaku mutilasi yang membuang jasad korban di jurang tepi Jalan Raya Pacet-Cangar.

Perilaku tidak lazim itu dipicu kondisi psikologis tersangka, usai menghilangkan nyawa korban dan memutilasi jasad korban berinisial TAS (25), wanita asal Lamongan yang juga kekasihnya.

Kasat Reskrim Polres Mojokerto, AKP Fauzy Pratama mengatakan, pihaknya melakukan penyidikan intensif pada tersangka AM Dan menilai kasus mutilasi di Pacet yang menggemparkan masyarakat ini berbeda dengan kasus mutilasi lainnya. 

"Berdasarkan fakta dari penyidikan, sebetulnya sangat berat bila saya harus menyampaikan kepada publik. Namun intinya, yang bisa saya sampaikan bahwa terdapat perbedaan mendasar pada kasus mutilasi (Pacet) dengan kasus (mutilasi) lain," ungkap Fauzy, Selasa (16/9/2025).

Menurut Fauzy, pada kasus biasanya (mutilasi) didasari kondisi psikologis pelaku karena emosi berlebihan, membunuh korban belum memberikan kepuasan bagi pelaku sehingga melakukan perbuatan keji terhadap jasad korbannya.

Namun berbeda dengan kasus mutilasi Pacet, motif tersangka AM yaitu sakit hati dengan sikap korban, faktor ekonomi dan lainnya yang mendorongnya untuk menghabisi TAS.

Usai melakukan perbuatannya, tersangka mengalami perubahan kondisi psikologis drastis yang diduga kuat hingga melakukan perbuatan sadis terhadap jasad korban untuk menghilangkan jejak.

Fauzy juga mengaitkan dengan teori yang diperolehnya semasa studi di University Of Glasgow Skotlandia beberapa tahun lalu, dalam salah satu kelas Criminology Theories tentang konsep Dehumanization (Dehumanisasi).

"Sepertinya konsep tersebut (Dehumanization) paling cocok menggambarkan kasus ini (mutilasi Pacet)," ungkap Fauzy.

Fauzy mengatakan, dalam situasi saat itu tersangka disinyalir mengalami tekanan psikologis tinggi, seperti shock dan stres berat.

Dalam analisa itu, Teori Anomi dari Emile Durkheim menggambarkan kondisi psikologi tersangka saat itu sehingga tega melakukan tindakan tidak manusiawi.

Anomi adalah keadaan 'tanpa norma' (Normlessness), di mana aturan-aturan moral dan sosial yang biasanya mengikat individu dalam tatanan kolektif, menjadi lemah atau tidak lagi menjadi relevan.

Dalam melakukan perbuatannya sadar atau tidak sadar, tersangka menekan atau bahkan menghilangkan rasa kemanusiaan, moril dan nilai agama pada dirinya.

"Kondisi psikologis pelaku menggambarkan Dehumanization, juga memenuhi aspek Anomi tersebut," pungkas Fauzy Pratama, perwira polisi peraih Adhi Makayasa Akpol 2015.

Fauzy menjelaskan, tersangka AM melakukan perbuatan taidk manusiawi terhadap korban untuk menghilangkan jejak yang mengarah pada kondisi itu (Anomi-Dehumanization).

Halaman
12
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved