Ringkasan Berita:

• Sekretaris Daerah Provinsi Jatim, Adhy Karyono, membuka OPOP Expo 2025 di Royal Plaza Surabaya yang diikuti lebih dari 50 pesantren.
• Expo ini membuktikan pesantren mampu menjadi pusat pemberdayaan ekonomi yang mandiri, berkelanjutan, dan berdaya saing melalui ekosistem pesantrenpreneur.
• Pesantren didorong untuk beradaptasi dengan era digitalisasi.
• Pemprov Jatim berkomitmen menjadikan OPOP sebagai gerakan sosial dan budaya, mengajak kolaborasi dengan akademisi (riset) dan media (promosi).

SURYA.co.id | SURABAYA - Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Adhy Karyono, membuka gelaran One Pesantren One Product (OPOP) Expo 2025 di Royal Plaza Surabaya, Kamis (13/11/2025).

Diikuti lebih dari 50 pesantren, Adhy Karyon menegaskan gelaran OPOP Expo menjadi bukti nyata bahwa pesantren mampu tampil sebagai pusat pemberdayaan ekonomi yang mandiri, berkelanjutan, dan berdaya saing.

Baca juga: Jaga Ekosistem Usaha dan Investasi, Adhy Karyono: Usulan UMP-UMK Jatim 2026 Harus Proporsional

"Melalui pembinaan, pelatihan dan fasilitas usaha, OPOP Expo telah memberikan dampak nyata bagi ribuan pondok pesantren di Jatim untuk terus menghadirkan unit usaha yang produktif dan mandiri," kata Adhy Karyono.

Tak hanya itu, Adhy juga menyebut OPOP Expo bukan sekadar pameran produk, tetapi ruang silaturahmi, edukasi, dan pembuktian bahwa pesantren mampu menjadi pusat pemberdayaan ekonomi yang mandiri, berkelanjutan, dan berdaya saing.

"Sekaligus juga meneguhkan pesantren sebagai kekuatan ekonomi baru di Jawa Timur melalui ekosistem pesantrenpreneur, santripreneur, dan sociopreneur yang telah dibangun sejak program OPOP digulirkan pada 2019," sambungnya.

Harus Adaptif

Di samping capaian tersebut, Adhy mengatakan pondok pesantren terus beradaptasi.

Artinya, lanjut Adhy, turut bertransformasi melalui pengembangan usaha berbasis teknologi, pemanfaatan platform digital untuk pemasaran produk halal serta penyelenggara pendidikan vokasional berbasis kewirausahaan.

"Mengingat tantangan baru di era digitalisasi begitu cepat, seperti perubahan perilaku konsumen pasca pandemi serta dinamika ekonomi global maka pesantren dituntut untuk beradaptasi dengan cepat," ungkapnya. Ke depan, Pemprov Jatim berkomitmen memperluas dan memperkuat ekosistem OPOP. Adhy menegaskan bahwa keberlanjutan OPOP tidak boleh berhenti sebagai program pemerintah, tetapi harus menjadi gerakan sosial dan budaya di lingkungan pesantren.

Untuk mewujudkannya, Sekdaprov mengajak kolaborasi antara pengasuh pesantren, dunia usaha, akademisi, dan media.

Akademisi memiliki peran riset untuk inovasi dan peningkatan kualitas).

Sementara media berperan dalam mempromosikan produk unggulan untuk memperluas jangkauan pasar.

Dalam kesempatan itu, Adhy juga menyatakan bahwa semua upaya ini bertujuan untuk membangun ekonomi kerakyatan yang inklusif dan berkeadilan.

“Ini menempatkan OPOP sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi Jatim secara keseluruhan. Mari kita jadikan OPOP Expo sebagai tonggak penguatan kemandirian ekonomi pesantren, sekaligus kontribusi nyata Jawa Timur membangun ekonomi kerakyatan yang inklusif dan berkeadilan," pungkasnya.