Sekolah Rakyat Muncar Banyuwangi, Harapan Baru Nur Wahidah yang Kehilangan Indera Penglihatan

Momen paling menyentuh datang dari Nur Wahidah (50), seorang ibu tunanetra asal Desa Sumberberas, Kecamatan Muncar

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Titis Jati Permata
Foto Istimewa Humas Pemkab Banyuwangi
SEKOLAH RAKYAT - Siswa Sekolah Rakyat Terintegrasi 46 di kompleks Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Dan Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani bertemu salah satu orang tua murid sekolah rakyat di Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) Muncar, Banyuwangi, Selasa (30/9/2025). 

SURYA.CO.ID, BANYUWANGI - Sekolah Rakyat di Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur, resmi dibuka, Selasa (30/9/2025).

Sebanyak 73 anak dari berbagai latar belakang diantar orang tua dan keluarganya untuk menempuh pendidikan berasrama di sekolah gratis yang digagas Presiden Prabowo Subianto ini.

Di antara riuh suasana, momen paling menyentuh datang dari Nur Wahidah (50), seorang ibu tunanetra asal Desa Sumberberas, Kecamatan Muncar

Air matanya menetes saat disapa dan diajak berbincang oleh Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang hadir meresmikan pembukaan sekolah tersebut.

Dengan suara lirih, Nur Wahidah menceritakan kehidupannya. Ia memiliki empat anak. 

Anak sulungnya telah meninggal dunia, anak kedua sudah bekerja, anak ketiga masih duduk di bangku SMA.

Sementara yang ia antar ke Sekolah Rakyat adalah Rehan Meizi, anak bungsunya yang kini kelas 5 SD.

Sejak sembilan tahun lalu, penglihatannya hilang. Suaminya pergi meninggalkan keluarga sejak Rehan masih berusia sebulan. 

Sejak itu, Wahidah berjuang seorang diri membesarkan anak-anaknya dengan penghasilan seadanya dari jasa pijat.

“Sudah sembilan tahun saya kehilangan penglihatan. Untuk hidup, saya hanya bisa bekerja sebagai tukang pijat. Dengan adanya Sekolah Rakyat ini, saya merasa sangat terbantu. Semoga anak saya bisa maju, berkembang, dan menjadi orang yang sukses kelak,” ungkapnya.

Mendengar itu, Ipuk menguatkan. “Tetaplah semangat ngih Bu. InsyaAllah anak-anak ibu bisa menggapai cita-citanya. Bapak Presiden melalui Sekolah Rakyat ini ingin semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh Pendidikan,” kata Ipuk menguatkan.

Puluhan orang tua lain juga menyimpan asa yang sama. Tutik (54), warga Songgon, tampak bersemangat ketika mengantar anaknya, Hidayatur Ramadan, yang kini duduk di kelas 2 SMA, untuk mulai bersekolah di Sekolah Rakyat.

“Perasaan saya senang sekali setelah tahu tempatnya nyaman. Daripada di rumah main terus, di sini anak saya lebih terarah. Hati saya juga lega, apalagi semuanya gratis,” tutur Tutik.

Sejak sembilan tahun lalu, Tutik harus berjuang seorang diri setelah suaminya meninggal dunia. 

Untuk menghidupi keluarga, ia berjualan es dan camilan di sekitar desanya. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved