SURYA Kampus

Rekam Jejak Sudibyo yang Menangis Dengar Perjuangan Margaret Anak Kuli Bangunan Bisa Kuliah di UI

Penulis: Arum Puspita
Editor: Musahadah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MENANGIS - Dosen UI, Sudibyo, menangis ketika mendengar kisah Margaret, anak kuli bangunan di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT)

Imam Santoso, dalam unggahannya, menjelaskan bahwa Dibyo merupakan dosen legendaris di UI. 

Sosok Dibyo pernah diangkat menjadi film dokumenter berjudul 'The Conductors' tayang pada 2007 lalu.

Selain itu, Dibyo juga pernah menerima penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) 

Berkat dedikasinya, Paduan Suara Mahasiswa Baru pernah meraih rekor kategori pemrakarsa dan penyelenggara paduan suara dengan peserta terbanyak, yaitu 3.700 mahasiswa.

Penghargaan dari MURI diberikan kepada Rektor UI pada tahun 2005. 

Tahun 2002, pada acara Pengenalan Kehidupan Kampus Bagi Mahasiswa Baru (PKKMB), UI kembali meraih rekor MURI kategori “Mencanting Batik oleh Mahasiswa Baru Terbanyak” dan “Paduan Suara Mahasiswa Baru Terbanyak”.

Piagam MURI tersebut langsung diberikan oleh Pendiri MURI, Jaya Suprana, kepada Dibyo, sebagai konduktor paduan suara mahasiswa baru terbanyak dengan jumlah 9.000 orang.

Pak Dibyo memberikan pesan bagi mahasiswa UI.

“Cintailah almamatermu dan jadilah orang-orang hebat baik di Indonesia maupun di Dunia,” katanya.

Pak Dibyo selalu terlihat di sebuah acara wisuda di Balairung UI. Di sana ia bertindak sebagai dirigen paduan suara. 

Pak Dibyo juga merupakan seorang pendiri Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara Mahasiswa UI Paragita dan Vocal Grup UI (Vocademia).

Selain mengajar sebagai dosen di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI, Pak Dibyo juga menjabat sebagai Kepala Subdirektorat Pengembangan Minat dan Bakat Mahasiswa di Direktorat Kemahasiswaan UI.  

Bagi anak UI, ia merupakan 'legenda hidup'. 

Pak Dibyo sudah berkarier sebagai dosen sejak tahun 1993. 

Semasa mahasiswa, ia sudah memiliki hobi menyanyi dan mengikuti kegiatan paduan suara di kampus. 

Halaman
1234

Berita Terkini