Ia tengah membantu ibunya menurunkan dagangan.
Avan bukan hanya membantu orang tuanya berjualan, tetapi juga mengelola warung kecil di rumahnya.
“Setiap hari begini kalau lagi longgar. Selagi belum berangkat ke Bandung, saya bantu ibu dan bapak,” ucapnya, Selasa (8/7/2025).
Rumah Avan berukuran 6x10 meter.
Meski mungil, ruangan itu dipenuhi dengan piala-piala dari berbagai perlombaan, hingga banyak orang menjulukinya sebagai “toko piala”.
Ruang tamu, ruang makan, hingga warung kecil digabung dalam satu ruang yang sederhana, tetapi penuh semangat juang.
Lulusan SMAN 1 Ponorogo atau yang akrab disebut SMAZA, menyebut ITB sebagai kampus impiannya.
“Awalnya hanya mimpi. Saya sempat pesimis, apalagi urusan biaya. Belum lagi, bertahun-tahun tak ada siswa SMAZA yang keterima ITB,” kisahnya kepada SURYA.CO.ID.
Namun, keyakinan datang dari guru Bimbingan Konseling (BK)-nya yang terus memotivasinya agar tetap optimis.
Bakat Avan dalam bidang akademik sudah terlihat sejak dini.
Hobi Membaca
Baca juga: Akhirnya Motif Penjaga Kos Mondar-mandir Sebelum Arya Daru Ditemukan Tewas Terlilit Lakban Terungkap
Bahkan sebelum masuk sekolah dasar, ia sudah belajar membaca dan berhitung sendiri hanya dengan melihat poster abjad dan angka.
Buku-buku seri Why menjadi favoritnya, meski harganya tergolong mahal untuk keluarga mereka.
“Satu buku harganya bisa Rp 100.000. Karena suka membaca mau tidak mau kita belikan,” ujar Ibunya, Umi Latifah, dikutip SURYA.CO.ID dari Kompas.com.
Awal Ikut Lomba