Kondisi demikian membuat bus dengan plat nomor Kabupaten Wonogiri AD 7524 OG berisiko menjadi limbung saat dikemudikan.
AM Fikri, analis transportasi jalan Forum Transportasi Jalan dan Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) berpendapat, berdasarkan analisis, bus Trans Putera Fajar tersebut mengalami perombakan rangka bodi dengan meninggikan lantai bus dari posisi standar bikinan pabrikan awalnya.
Ia juga mendeteksi, bagasi belakang bus juga mengalami pengangkatan pintu di sisi kiri dan kanan bus.
Pihaknya sudah berdiskusi dengan praktisi karoseri bus dan mereka menyatakan bus Trans Putera Fajar memang mengalami perombakan struktur rangka bodi yang membuatnya lebih tinggi dari kondisi standarnya saat keluar dari karoseri Laksana.
Sopir Minta Maaf Berkali-kali
Sebelumnya, Sadira meminta maaf berkali-kali atas musibah yang menimpa dia dan rombongannya.
”Mohon maafkan saya untuk yang telah meninggal dan terluka pada saat saya bawa (bus)."
"Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya," ucapnya.
Ia menceritakan, peristiwa kelam itu bermula saat rem busnya tak berfungsi.
Laju bus tak terkendali karena kontur jalan menurun.
Sadira lantas mencari jalur penyelamat, tetapi tak menemukannya.
Dia akhirnya memutuskan membanting setir ke kanan untuk menghindari jatuhnya korban yang lebih banyak.
"Dalam pemikiran saya, kalau saya teruskan melalui jalan raya, otomatis banyak kendaraan yang tersambar."
"Akhirnya saya punya inisiatif harus dibuang (banting setir)," ungkapnya.
Keputusan tersebut juga diambil dengan harapan laju busnya terhenti setelah menabrak tiang listrik yang ada di depannya.