Saat bumi berotasi sekaligus mengorbit matahari, terkadang Kutub Utara dan belahan bumi utara condong ke matahari.
Sebaliknya, Kutub Selatan dan belahan bumi selatan justru menjauhi matahari.
Hal ini terjadi pada Juni sehingga kerap disebut fenomena solstis Juni.
Sementara itu, saat Kutub Selatan dan belahan bumi selatan condong ke matahari dan Kutub Utara dan belahan bumi utara menjauhi matahari terjadi pada Desember.
Sehingga disebut sebagai solstis Desember.
Baca juga: Apa itu Fenomena Solstis Terjadi 21 Desember 2022? Ini Kata BRIN & Fakta soal Tak Boleh Keluar Rumah
3. Dampak Solstis
Secara umum, fenomena solstis berdampak pada gerak semu harian matahari ketika terbit, berkulminasi dan terbenam.
Juga intensitas radiasi matahari yang diterima permukaan Bumi.
Dampak lainnya pada panjang siang dan panjang malam serta pergantian musim.
"Dampak solstis yang dirasakan manusia tentu tidak seekstrem yang dinarasikan seperti pada imbauan tersebut," lanjut Andi Pangerang.
Ia menegaskan fenomena solstis tidak ada hubungannya dengan peristiwa bencana alam.
Misalnya letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, atau banjir rob bila itu terjadi pada waktu terjadinya fenomena solstis.
"Sebab fenomena solstis merupakan fenomena murni astronomis yang dapat memengaruhi iklim dan musim di Bumi."
"Sementara fenomena-fenomena tersebut disebabkan oleh masing-masing dari aktivitas vulkanologis, seismik, oseanik, dan hidrometeorologi," tegasnya.
Dikutip dari Kompas.com, saat fenomena solstis terjadi, menurut Andi, tidak ada larangan bagi masyarakat untuk keluar rumah.