"Dari belakang dia menarik handphone saya. Sambil berteriak memaki-maki saya pelakor, pelacur," kata Wenny.
Setelah kejadian tersebut, Asteria dan Wenny keluar mushala sambil terus berebut handphone.
Wenny hendak menuju tempat pameran di lantai dasar.
Selama perjalanan ke lantai dasar, Wenny mengatakan Asteria telah menganiayanya.
"Dia gigit tangan saya. Cakar saya. Handphone sudah dia ambil. Saya berusaha ambil lagi. Jilbab saya ditarik," ujarnya.
Wenny lantas menuju toilet untuk mencari perlindungan. Dia mengklaim di dalam toilet tersebut terdakwa masih menganiayanya.
"Sebelum saya masuk, saya dipukuli pipi saya kanan dan kiri," katanya.
Wenny lantas menghubungi Zacharia agar datang menolongnya. Dia juga meminta tolong kepada petugas keamanan.
Keributan mereda setelah dilerai petugas dan dibawa ke pos sekuriti.
Pengacara Asteria bantah ada penganiayaan
Sementara itu, pengacara Asteria, Elok Dwi Kadja membantah kliennya menganiaya Wenny.
Menurut Elok, keduanya hanya saling berebut handphone ketika Wenny berkomunikasi mesra dengan suaminya.
"Karena berebut handphone terjadi saling tarik. Tangan klien saya juga luka," kata Elok.
Saat bertemu di restoran es krim, keduanya mengaku hanya sebatas teman kantor.
"Klien saya dibilang terlalu paranoid. Klien minta maaf waktu itu dan berangkulan. Saksi korban juga dipesankan taksi online untuk pulang. Ketemu lagi di mal chat sayang sama suami klien saya," tandas Elok.
Baca Berita Surabaya lainnya di SURYA.co.id