Slametan di Tengah Hutan, Warga Kromong Jombang Rayakan Syukur Desanya Dibangun TMMD ke-125

Warga Desa Kromong, Kecamatan Ngusikan, Jombang menggelar slametan ritual adat Jawa dalam program TMMD

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: irwan sy
anggit puji widodo/surya.co.id
SLAMETAN - Slametan warga Desa Kromong, Kecamatan Ngusikan, Jombang, Jawa Timur bersama para TNI di tengah hutan desa setempat, Minggu (10/8/2025). Tradisi ucap rasa syukur atas pembangunan desa. 

SURYA.co.id | JOMBANG - Warga Desa Kromong, Kecamatan Ngusikan, Jombang, Jawa Timur, menggelar slametan ritual adat Jawa sebagai ungkapan syukur dan doa keselamatan setelah desa yang mereka tinggali puluhan tahun terdampak pembangunan dalam program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-125.

Di antara barisan warga, terlihat Kepala Desa Kromong Hermawan. Ia berdampingan dengan Komandan Peleton Satgas TMMD ke-125, Letda Mar Sugiarto.

Mereka duduk bersila bersama, menyimak doa yang dipimpin oleh Slamet, tokoh sepuh desa setempat.

Dengan suara yang dalam dan khidmat, ia memohon kelancaran pembangunan, keberkahan hasil kerja, serta keselamatan bagi semua yang terlibat.

“TMMD ini bukan sekadar membangun jalan atau fasilitas. Kegiatan ini mempererat tali silaturahmi, memupuk semangat gotong royong, dan menjaga adat yang menjadi identitas bangsa," ucap Letda Mar Sugiarto.

Hermawan menimpali dengan penuh keyakinan.

Slametan dengan tradisi tumpeng ini bukan hanya sebuah ritual, melainkan wujud syukur dari masyarakat.

“Tradisi tumpeng ini bukan hanya ritual. Ini pengikat persaudaraan dan wujud terima kasih kami kepada Tuhan. Semoga desa ini semakin maju, tapi tetap memegang teguh warisan leluhur,” ujarnya.

Di sela doa, anak-anak berlarian sambil tertawa, para ibu sibuk menata hidangan, dan para bapak berbincang ringan soal harapan masa depan desa.

Momen ini menciptakan harmoni yang menyatu antara sakral dan hangatnya kebersamaan.

Bagi masyarakat Jawa, slametan adalah inti dari budaya kebersamaan.

Tradisi ini bukan sekadar makan bersama, melainkan sarana mengikat solidaritas sosial dan spiritual.

Dalam slametan, semua warga diundang tanpa memandang status, duduk melingkar, menyantap hidangan, dan berbagi doa.

Filosofinya sederhana namun mendalam, menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

Di Desa Kromong, tradisi ini masih sangat kuat dan menjadi pengingat bahwa kemajuan tak akan berarti jika tercerabut dari akar budaya.

"TMMD ke-125 di Kromong bukan hanya meninggalkan jejak pembangunan fisik, tetapi juga memperkuat simpul-simpul persaudaraan dan menjaga napas tradisi agar tetap hidup di tengah perubahan zaman," pungkas Hermawan.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved