Berita Viral
Rekam Jejak Adrianus Meliala yang Tepat Prediksi Penyebab Kematian Arya Daru, Fakta Ini Menguatkan
Prediksi kriminolog UI Adrianus Meliala soal penyebab kematian Arya Daru Pangayunan tepat. Siapakah dia?
SURYA.CO.ID - Ini lah sosok kriminolog Universitas Indonesia, Prof Adrianus Meliala yang sejak awal meyakini penyebab kematian Arya Daru Pangayunan (39) bukan karena tindak pidana.
Dikatakan Adrianus, korban Arya Daru juga menyumbang sulitnya situasi saat ini hingga membuat polisi terpaksa melakukan cara-cara yang tidak terlalu sistematis.
Hal ini beralasan karena Arya Daru sudah dicitrakan dan disebutkan sebagai orang yang berkinerja, produktif, disukai di masyarakat, memiliki rekam jejak yang baik.
Namun, di pihak lain, justru dia memiliki obsesi bunuh diri, indikasi depresi, dan memiliki perilaku sosial yang tidak adaptif dengan citranya.
Dua pribadi yang bertolak belakang ini lah yang kemudian membuat pilihan diab untuk mengakhiri hidupnya menjadi khusus dan khas.
Baca juga: Sosok Farah yang Temani Arya Daru Belanja Sebelum Esok Ditemukan Tewas, Kenapa Tak Jadi ke Bandara?
"Ya inilah dia. Beda dengan orang-orang simpel yang dipilihnya modus bunuh diri yang sederhana. Tapi, yang bersangkutan, terkait situasi sulit yang dihadapi, memilih modus aneh ini," kata Adrianus dikutip dari tayangan Catatan Demokrasi TVOne pada Selasa (29/7/2025).
Menurut Adrianus, obsesi yang dimiliki Arya Daru membuatnya selalu menganggap bahwa kematian adalah solusi.
"Dia akan mencari cara mati yang dianggapnya paling solutif," katanya.
Adrianus juga menyoroti penggunaan obat-obatan seperti CTM dan paracetamol yang menurutnya dipakai untuk relaksasi, sehingga bisa melawan kesakitan yang diakibatkan karena tindakan mengakhiri hidup.
"Dari awal saya mengatakan bunuh diri. Tidak ada unsur penghinaan, tapi itulah yang terjadi," katanya.
Kalau saat ini masyarakat membangun persepsi yang berbeda, menurut Adrianus, hal itu karena sikap kepolisian yang mencicil informasi.
Dia mencontohkan soal CCTV di rooftop gedung Kemlu yang baru disampaikan polisi pada Jumat pekan lalu.
Adrianus meyakini informasi ini sudah lama didapat polisi, namun baru dilepas akhir-akhir ini untuk pengkondisian sehingga masyarakat siap ketika disampaikan penyebab kematiannya.
Rekaman CCTV itu akan mendukung polisi sebagain bagian dari konteks bunuh diri.
Dikatakan Adrianus, untuk mengatakan bahwa yang bersangkutan melakukan perbuatan nekat itu biasanya diikuti dari perilaku, perkataan atau tulisan yang aneh.
Dari awal kasus ini tidak terungkap perilaku aneh yang dilakukan Arya Daru.
Namun, ketika rekaman CCTV di rooftop ini muncul, baru bisa memperkuat adanya perilaku aneh dari korban.
"Awalnya polisi membuka semua kemungkinan. Pembunuhan, bunuh diri atau kematian karena kecelakaan. Setelah bukti dikumpulkan mengerucut pada salah satu. Dengan satu tujuan mengkondisikan masayarkat, baru kemudian dilepaskan itu (rekaman CCTV di rooftop)," tukasnya.
Dalam wawancara sebelumnya, Adrianus menilai sebenarnya Polda Metro Jaya susah tahu penyebab kematian Arya Daru, namun tidak berani mengungkapkan ke publik.
Hal ini beralasan karena sebenarnya kalau memakai perhitungan hasil dari segala uji sudah ada di tangan penyisik Polda.
Terkait pendekatan waktu, setidaknya sudah satu pekan polisi menyelidiki perkara ini sejak jasad Arya Daru ditemukan tewas di kamar kosnya, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (7/7/2025).
Baca juga: Kejanggalan Rekaman CCTV TKP Tewasnya Arya Daru Dibongkar Pakar Digital Forensik, Sensor Lampu Aneh
“Bicara mengenai visum, maka visum itu satu hari, dua hari. Kalau pemeriksaan laboratoris, katakan saja dua, tiga hari. Pemeriksaan digital, dua, tiga hari. CCTV, satu hari. Jadi apalagi?” ujar dia.
Belum lagi, polisi telah menggelar olah tempat kejadian perkara (TKP) sebanyak tiga kali untuk mengumpulkan barang bukti serta identifikasi sidik jari.
“Sudah tiga kali diacak-acak di TKP sekecil itu. Jadi apalagi? Jangan-jangan ini semacam kebingungan Polri saat mereka mengumumkan jika misalnya yang ditemui adalah sesuatu hasil yang tidak menyenangkan,” ungkap dia.
Menurut Adrianus, mengungkap penyebab tewasnya diplomat Kemlu itu tidak sulit.
Ia menduga korban mengalami berhenti jalan napas, sehingga tidak mendapatkan pasokan oksigen.
“Tapi sama sebab matinya saja, polda tidak kunjung memberi tahu tentang apa sebab matinya, itu yang membuat kemudian semua analisa itu menjadi liar. Apalagi yang bikin enggak terungkap? Wong kasusnya mudah,” tegas dia.
Adrianus juga menduga, seyogianya polisi bukan hanya sudah mengantongi penyebab kematian, melainkan motif kematian.
“Nah, lalu mungkin nggak enak ngomongnya nih.
Mungkin karena enggak enak dengan masyarakat, nggak enak dengan komunitas diplomat, makanya sekarang semacam, 'ini gimana ngomongnya ya?',” jelas dia.
Kasus ini dianggap sensitif karena korban mempunyai latar belakang seorang diplomat.
“Dan diplomat itu kan adalah wajah negara. Dan wajah negara itu pasti diomongkan di forum internasional. Apalagi presiden masih di luar negeri nih. Jni juga penting. Saya misalnya menduga secara bercanda, begitu Presiden kembali, lalu diumumkan,” tegas dia.
Dalam wawancara sebelumnya, Adrianus menyebut dua kemungkinan yakni bunuh diri dan pembunuhan.
Kalau kasus ini dikatakan pembunuhan, ternyata di TKP tidak dimasuki orang lain serta tidak ada barang yang dicuri.
"Artinya, analisa ada pelaku pembunuhan, tidak bisa dikembangkan," katanya.
Terkait teori bunuh diri, menurut Adrianus, adanya lakban di kepala diduga digunakan untuk menutup jalan nafas sehingga kemudian yang bersangkutan bisa meninggal dunia.
"Menutupi jalan nafas untuk mengakibatkan meninggal itu, sangat menyakitkan, yakni membuat diri sendiri tercekik," katanya.
Adrianus lalu menganalisis adanya obat-obatan di dekat jasad korban.
"Saya berasumsi obat ini adalah obat tidur, dimana akan membantu mempercepat yang bersangkutan meninggal, karena tenang. Sehingga tidak merasa sakit, ketika jalan nafasnya tersumbat," katanya.
Sebelumnya, Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Wira Satya memastikan penyebab kematian korban karena gangguan pertukaran oksigen pada saluran pernafasan atas yang menyebabkan mati lemas.
"Pada kesempatan ini, kami akan menyimpulkan hasil penyelidikan bahwa belum menemukan adanya peristiwa pidana," terang Kombes Wira Satya.
Kombes Wira juga memastikan kematian Arya Daru tidak disebabkan orang lain.
Rekam Jejak Adrianus Meliala

Adrianus Eliasta Sembiring Meliala atau yang lebih dikenal dengan Adrianus Meliala merupakan pakar bidang kriminologi dan kepolisian, serta tercatat sebagai dosen di Departemen Kriminologi Universitas Indonesia.
Selain itu, Adrianus Sembiring Meliala juga dikenal sebagai penulis dan peneliti yang berhubungan dengan masalah-masalah kriminologi, terutama yang berkaitan dengan polisi dan kejahatan trans-nasional.
Adrianus Sembiring Meliala juga pernah ditunjuk Menteri Hukum dan HAM menjadi Ketua Balai Pertimbangan Pemasyarakatan pada tahun 2009.
Adrianus Sembiring Meliala lahir di Sungai Liat, Pulau Bangka pada 28 September 1966.
Pria berusia 56 tahun itu menghabiskan masa sekolahnya di Jakarta Barat.
Beliau mulai menempuh pendidikannya dengan masuk ke Sekolah Dasar Perguruan Katolik Bunda Hati Kudus, Grogol, Jakarta Barat.
Pada saat kelas III SD, ayahnya meninggal dunia pada usia 35 tahun akibat terserang kanker.
Saat sang ayah masih hidup, kebutuhan Adrianus, ibunya dan kedua adiknya tercukupi secara baik dengan menerapkan pola hidup sederhana.
Mau tidak mau, setelah kepergian sang ayah, ibunya harus mengambil alih seluruh peran untuk mendidik dan membesarkan anak-anaknya.
Maka tak heran, alasan dibalik suksesnya Adrianus Sembiring Meliala saat ini adalah berkat sang ibu.
Pada tahun 1985, Adrianus Sembiring Meliala ke Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Disana ia mengambil jurusan Kriminologi.
Ia memutuskan untuk masuk ke jurusan tersebut lantaran tak banyak peminat sementara quotanya lumayan.
Di jurusan itu dia melihat peluang cukup besar untuk diterima.
Ia pun mendaftar dan ikut ujian seleksi tanpa mengetahui dengan jelas apa yang akan dia pelajari, dan bagaimana peluang kerja lulusan kriminologi.
Saat masih di bangku kuliah, dia sempat magang dan bekerja di sebuah majalah sebagai wartawan.
Honor yang dia peroleh dari kerja tersebut ia bagikan kepada ibu dan adik-adiknya.
Karena sudah dirasa sanggup mencari uang, sang ibu kemudian menyuruhnya untuk menikah.
Setelah menikah, ia mendapatkan tawaran beasiswa untuk kuliah ke The Manchester Metropolitan University, Inggris.
Hal itu sempat membuat ia dilema karena harus meninggalkan sang istri.
Namun karena tekadnya ia tetap pergi dan memperoleh Master Psikologi Kriminal dari Universitas yang berada di Inggris itu.
Pada tahun 1998 Adrianus Sembiring Meliala kembali meninggalkan sang istri untuk menempuh pendidikan Doctornya ke University of Queensland Australia.
Setelah meraih gelar doktor, Adrianus tidak hanya tinggal diam. Hasil penelitian disertasinya ia olah menjadi beberapa tulisan ilmiah yang ia kirimkan ke jurnal-jurnal internasional. Enam buah karya ilmiahnya dimuat di jurnal internasional. Di usianya yang masih 35 tahun, Adrianus dilantik menjadi professor atau guru besar.
Riwayat Pendidikan Adrianus Sembiring Meliala:
Guru Besar Universitas Indonesia
Criminology, S3, University of Queensland Australia
Legal and Criminological, Manchester Metropolitan University Inggris
Psikologi Sosial, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia
SMA Perguruan Katolik Bunda Hati Kudus, Grogol, Jakarta Barat
SMP Perguruan Katolik Bunda Hati Kudus, Grogol, Jakarta Barat
SD Perguruan Katolik Bunda Hati Kudus, Grogol, Jakarta Barat
Riwayat Pekerjaan Adrianus Sembiring Meliala:
Pengajar di Universitas Indonesia
Expert Advisor Kepala Kepolisian RI
Penasihat di beberapa lembaga negara
Advisor bagi lembaga donor seperti UNDP, IOM, UNICEF, ILO, JCLEC
Kepala Departemen Kriminologi Universitas Indonesia
Komisioner Komisi Kepolisian Indonesia
Ketua Dewan Guru Besar FISIP Universitas Indonesia
Anggota Ombudsman Republik Indonesia
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Polisi Dinilai Lamban Tangani Kasus Tewasnya Diplomat Kemlu"
===
Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.
Klik di sini untuk untuk bergabung
kriminolog UI
Adrianus Meliala
Arya Daru Pangayunan
penyebab kematian Arya Daru
diplomat tewas di kamar kos
SURYA.co.id
surabaya.tribunnews.com
Keberadaan Wapres Gibran Disorot saat Presiden Prabowo Lantik 11 Pejabat Baru, Kerjakan Tugas Lain |
![]() |
---|
Rekam Jejak Ahmad Dofiri, Eks Wakapolri yang Pecat Ferdy Sambo, Kini Jadi Penasehat Khusus Presiden |
![]() |
---|
Profil Afriansyah Noor, Dilantik Jadi Wamenaker yang Baru, Gantikan Immanuel Ebenezer |
![]() |
---|
Alasan Keluarga Bos Bank Plat Merah Ingin Tersangka Penculikan Dijerat Pasal Pembunuhan Berencana |
![]() |
---|
Sosok Djamari Chaniago, Purnawirawan TNI Angkatan Darat yang Dilantik Menjadi Menko Polkam yang Baru |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.