Menapaki Jejak Topeng Panji di Jatiduwur Jombang, Ada Harapan Menjaga Sebuah Warisan Budaya

Cerita dan pendidikan moril lewat tokoh Panji memang seperti tiada habisnya. Wayang Topeng Jatiduwur pun bukan cerita baru. 

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Deddy Humana
surya/Anggit Puji Widodo (anggitkecap)
TOPENG PANJI JATIDUWUR - Penampilan wayang topeng di Sanggar Wayang Topeng Tri Purwo Budoyo, Desa Jatiduwur, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, Jumat (25/7/2025). Para budayawan Jombang ingin menjadikan Jatiduwur sebagai Kampung Edukasi Wayang Topeng Panji. 


SURYA.CO.ID, JOMBANG - Pagi belum sepenuhnya terang ketika suara tabuhan gamelan pelan-pelan terdengar dari Sanggar Wayang Topeng Tri Purwo Budoyo. 

Asap tipis dari dapur-dapur rumah warga masih mengepul, menandakan awal hari yang tenang di Desa Jatiduwur, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang. Tetapi di balik ketenangan itu, ada denyut budaya yang tidak pernah benar-benar padam.

Di sudut sanggar yang dikelilingi tanaman perdu dan pohon jati muda, duduk Nasrul Illah atau Cak Nas, budayawan yang dikenal sebagai penjaga nyala api Panji di desa tersebut.

Ia merapikan beberapa topeng kayu yang baru saja selesai diukir. Di wajahnya, tampak harapan besar, menjadikan Jatiduwur sebagai Kampung Edukasi Wayang Topeng Panji. "Topeng ini bukan sekadar benda seni," ucap Cak Nas, Jumat (25/7/2025)

"Ini cermin nilai hidup. Kalau bisa diwariskan dengan benar, topeng ini bisa menuntun generasi muda untuk lebih mengenal jati dirinya," ia melanjutkan. 

Cerita dan pendidikan moril lewat tokoh Panji memang seperti tiada habisnya. Wayang Topeng Jatiduwur pun bukan cerita baru. 

Di desa ini, seni pertunjukan yang menggambarkan kisah cinta dan perjuangan tokoh Panji masih dilakoni oleh sejumlah seniman, meski jumlahnya terus menyusut. 

Salah satu nama besar yang masih hidup dalam ingatan warga adalah Ki Purwo, maestro topeng yang dahulu membawa nama desa ini hingga pentas nasional.

Kini di tengah era digital dan derasnya budaya populer, sejumlah pihak merasa perlu langkah lebih konkret. Tidak sekadar melestarikan, tetapi menghidupkan kembali dengan pendekatan edukatif dan kreatif.

Langkah itu mendapat sambutan dari dunia akademik. Dr Setyo Yanuartuti, dosen dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa), bahkan telah merancang skema nyata. 

Ia menyebut, mahasiswa akan dikirim langsung ke desa ini lewat program Kuliah Kerja Nyata (KKN) bertema budaya Panji.

"Wayang Topeng bukan cuma pertunjukan. Di dalamnya ada unsur edukasi, keterampilan tangan, bahkan nilai-nilai moral yang sangat kontekstual dengan pendidikan kharakter," tutur Setyo. 

Ia juga memperlihatkan kain batik bermotif Panji hasil karya mahasiswanya merupakan upaya menjahit masa lalu ke dalam bentuk seni masa kini.

Usulan tidak berhenti di program edukatif. Cak Nas punya satu ide unik, yakni menanam pohon-pohon penghasil kayu topeng seperti pule dan waru. 

"Bayangkan, anak-anak belajar membuat topeng dari kayu yang mereka tanam sendiri sejak kecil. Itu bukan sekadar belajar seni, tetapi juga belajar merawat warisan," ungkapnya.

Halaman
12
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved