Berita Viral

Sosok Adrianus Meliala yang Sebut Polisi Lambat Ungkap Penyebab Kematian Arya Daru, Padahal Mudah

Kriminolog Adrianus Meliala yang menyebut polisi lambat mengungkap penyebab kematian Arya Daru, siapakah dia?

Editor: Musahadah
kolase istimewa/warta kota
LAMBAT - Kriminolog UI Adrianus Meliala menyebut polisi lambat mengungkap penyebab kematian Arya Daru. Dia menilai kasusnya cukup mudah. 

SURYA.CO.ID - Ini lah sosok kriminolog Universitas Indonesia, Adrianus Meliala yang menyebut polisi lambat mengungkap penyebab kematian Arya Daru Pangayunan (39) yang tewas dengan kondisi terlilit lakban di kamar kos kawasan Menteng, Jakarta Pusat. 

Padahal, menurut Adrianus kasus ini sebenarnya cukup mudah. 

Adrianus menilai sebenarnya Polda Metro Jaya susah tahu penyebab kematian Arya Daru, namun tidak berani mengungkapkan ke publik. 

Hal ini beralasan karena sebenarnya kalau memakai perhitungan hasil dari segala uji sudah ada di tangan penyisik Polda. 

Terkait pendekatan waktu, setidaknya sudah satu pekan polisi menyelidiki perkara ini sejak jasad Arya Daru ditemukan tewas di kamar kosnya, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (7/7/2025).

Baca juga: Kejanggalan Rekaman CCTV TKP Tewasnya Arya Daru Dibongkar Pakar Digital Forensik, Sensor Lampu Aneh

“Bicara mengenai visum, maka visum itu satu hari, dua hari. Kalau pemeriksaan laboratoris, katakan saja dua, tiga hari. Pemeriksaan digital, dua, tiga hari. CCTV, satu hari. Jadi apalagi?” ujar dia.

Belum lagi, polisi telah menggelar olah tempat kejadian perkara (TKP) sebanyak tiga kali untuk mengumpulkan barang bukti serta identifikasi sidik jari.

“Sudah tiga kali diacak-acak di TKP sekecil itu. Jadi apalagi? Jangan-jangan ini semacam kebingungan Polri saat mereka mengumumkan jika misalnya yang ditemui adalah sesuatu hasil yang tidak menyenangkan,” ungkap dia.

Menurut Adrianus, mengungkap penyebab tewasnya diplomat Kemlu itu tidak sulit.

Ia menduga korban mengalami berhenti jalan napas, sehingga tidak mendapatkan pasokan oksigen.

“Tapi sama sebab matinya saja, polda tidak kunjung memberi tahu tentang apa sebab matinya, itu yang membuat kemudian semua analisa itu menjadi liar. Apalagi yang bikin enggak terungkap? Wong kasusnya mudah,” tegas dia.

Adrianus juga menduga, seyogianya polisi bukan hanya sudah mengantongi penyebab kematian, melainkan motif kematian.

“Nah, lalu mungkin nggak enak ngomongnya nih.

Mungkin karena enggak enak dengan masyarakat, nggak enak dengan komunitas diplomat, makanya sekarang semacam, 'ini gimana ngomongnya ya?',” jelas dia.

Kasus ini dianggap sensitif karena korban mempunyai latar belakang seorang diplomat.

“Dan diplomat itu kan adalah wajah negara. Dan wajah negara itu pasti diomongkan di forum internasional. Apalagi presiden masih di luar negeri nih. Jni juga penting. Saya misalnya menduga secara bercanda, begitu Presiden kembali, lalu diumumkan,” tegas dia.

Dalam wawancara sebelumnya, Adrianus menyebut dua kemungkinan yakni bunuh diri dan pembunuhan. 

Kalau kasus ini dikatakan pembunuhan, ternyata di TKP tidak dimasuki orang lain serta tidak ada barang yang dicuri.  

"Artinya, analisa ada pelaku pembunuhan, tidak bisa dikembangkan," katanya. 

Terkait teori bunuh diri, menurut Adrianus, adanya lakban di kepala diduga digunakan untuk menutup jalan nafas sehingga kemudian yang bersangkutan bisa meninggal dunia. 

"Menutupi jalan nafas untuk mengakibatkan meninggal itu, sangat menyakitkan, yakni membuat diri sendiri tercekik," katanya. 

Adrianus lalu menganalisis adanya obat-obatan di dekat jasad korban. 

"Saya berasumsi obat ini adalah obat tidur, dimana akan membantu mempercepat yang bersangkutan meninggal, karena tenang. Sehingga tidak merssa sakit, ketika jalan nafasnya tersumbat," katanya. 

Meski demikian, Adrianus menduga teori bunuh diri ini juga ada kelemahannya. 

Dalam hal ini, korban tenyata tidak menunjukkan tipikal orang yang hendak bunuh diri.

"Tidak ada gerak-gerik, kata-kata atau tulisan yang mungkin menunjukkan yang bersangkutan hendak melakukan sesuatu yang fatal. Dengan kata lain, teori bunuh diri juga bisa menjadi lemah," katanya. 

Lalu, apa penyebab meninggalnya Arya Daru? 

"Tinggal menunggu hasil otopsi, plus temuan dan bukti-bukti lain yang ditemukan kepolisian," jawab Adrianus. 

Terkait kemungkinan bunuh diri, Adrianus lalu membeber dua jenis bunuh diri, yakni bersifat macho dan feminin. 

Bunuh diri yang bersifat macho mengandalkan pada keberanian ada unsur jantannya, misalnya, gantung diri atau menembak diri sendiri.

Sementara yang bersifat feminin kelihatan lemah seperti minum pil tidur, menyuntik diri, tidak sadar atau minum dalam jumlah banyak.

"Melilit kepala dengan lakban, agak langka, agak-agak feminin, yang bersangkutan tidur dengan baik, ditutupi dengan selimut, siap menghadapi ajalnya," tandasnya. 

Siapakah Adrianus Meliala?

Kriminolog UI Adrianus Meliala
Kriminolog UI Adrianus Meliala (kompas.TV)

Adrianus Eliasta Sembiring Meliala atau yang lebih dikenal dengan Adrianus Meliala merupakan pakar bidang kriminologi dan kepolisian, serta tercatat sebagai dosen di Departemen Kriminologi Universitas Indonesia.          

Selain itu, Adrianus Sembiring Meliala juga dikenal sebagai penulis dan peneliti yang berhubungan dengan masalah-masalah kriminologi, terutama yang berkaitan dengan polisi dan kejahatan trans-nasional.

Adrianus Sembiring Meliala juga pernah ditunjuk Menteri Hukum dan HAM menjadi Ketua Balai Pertimbangan Pemasyarakatan pada tahun 2009.

Adrianus Sembiring Meliala lahir di Sungai Liat, Pulau Bangka pada 28 September 1966.

Pria berusia 56 tahun itu menghabiskan masa sekolahnya di Jakarta Barat.

Beliau mulai menempuh pendidikannya dengan masuk ke Sekolah Dasar Perguruan Katolik Bunda Hati Kudus, Grogol, Jakarta Barat.

Pada saat kelas III SD, ayahnya meninggal dunia pada usia 35 tahun akibat terserang kanker.

Saat sang ayah masih hidup, kebutuhan Adrianus, ibunya dan kedua adiknya tercukupi secara baik dengan menerapkan pola hidup sederhana.

Mau tidak mau, setelah kepergian sang ayah, ibunya harus mengambil alih seluruh peran untuk mendidik dan membesarkan anak-anaknya.

Maka tak heran, alasan dibalik suksesnya Adrianus Sembiring Meliala saat ini adalah berkat sang ibu.

Pada tahun 1985, Adrianus Sembiring Meliala ke Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Disana ia mengambil jurusan Kriminologi.

Ia memutuskan untuk masuk ke jurusan tersebut lantaran tak banyak peminat sementara quotanya lumayan.

Di jurusan itu dia melihat peluang cukup besar untuk diterima.

Ia pun mendaftar dan ikut ujian seleksi tanpa mengetahui dengan jelas apa yang akan dia pelajari, dan bagaimana peluang kerja lulusan kriminologi.

Saat masih di bangku kuliah, dia sempat magang dan bekerja di sebuah majalah sebagai wartawan.

Honor yang dia peroleh dari kerja tersebut ia bagikan kepada ibu dan adik-adiknya.

Karena sudah dirasa sanggup mencari uang, sang ibu kemudian menyuruhnya untuk menikah.

Setelah menikah, ia mendapatkan tawaran beasiswa untuk kuliah ke The Manchester Metropolitan University, Inggris.

Hal itu sempat membuat ia dilema karena harus meninggalkan sang istri.

Namun karena tekadnya ia tetap pergi dan memperoleh Master Psikologi Kriminal dari Universitas yang berada di Inggris itu.

Pada tahun 1998 Adrianus Sembiring Meliala kembali meninggalkan sang istri untuk menempuh pendidikan Doctornya ke University of Queensland Australia.

Setelah meraih gelar doktor, Adrianus  tidak hanya tinggal diam. Hasil penelitian disertasinya ia olah menjadi beberapa tulisan ilmiah yang ia kirimkan ke jurnal-jurnal internasional.  Enam buah karya ilmiahnya dimuat di jurnal internasional. Di usianya yang masih 35 tahun, Adrianus dilantik menjadi professor atau guru besar.

Riwayat Pendidikan Adrianus Sembiring Meliala: 

Guru Besar Universitas Indonesia

Criminology, S3, University of Queensland Australia

Legal and Criminological, Manchester Metropolitan University Inggris

Psikologi Sosial, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia

SMA Perguruan Katolik Bunda Hati Kudus, Grogol, Jakarta Barat

SMP Perguruan Katolik Bunda Hati Kudus, Grogol, Jakarta Barat

SD Perguruan Katolik Bunda Hati Kudus, Grogol, Jakarta Barat

Riwayat Pekerjaan Adrianus Sembiring Meliala:

Pengajar di Universitas Indonesia

Expert Advisor Kepala Kepolisian RI

Penasihat di beberapa lembaga negara

Advisor bagi lembaga donor seperti UNDP, IOM, UNICEF, ILO, JCLEC

Kepala Departemen Kriminologi Universitas Indonesia

Komisioner Komisi Kepolisian Indonesia

Ketua Dewan Guru Besar FISIP Universitas Indonesia

Anggota Ombudsman Republik Indonesia

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Polisi Dinilai Lamban Tangani Kasus Tewasnya Diplomat Kemlu"

===

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.  

Klik di sini untuk untuk bergabung 

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved