Promosi Sudah Maksimal Tetapi Kalah Bersaing, SDN di Ponorogo Ini Hanya Dapat 1 Siswa Baru

Dedy menyebutkan bahwa tahun ini hanya mendapatkan 1 siswa. bernama Al Arsy Alfarizi yang mendaftar sekaligus diterima di SDN Jalen.

Penulis: Pramita Kusumaningrum | Editor: Deddy Humana
surya/Pramita Kusumaningrum (pramita)
SISWA BARU TUNGGAL - Arsy Alfarizi, satu-satunya pendaftar baru di SDN Jalen, Desa Jalen, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, tetap serius menyimak penjelasan gurunya, Selasa (15/7/2025). 

SURYA.CO.ID, JOMBANG - Krisis murid baru di beberapa daerah terus bermunculan dengan gambaran yang memprihatinkan, meski semangat untuk belajar anak-anak bangsa tetap membara.

Di Ponorogo, ada satu sekolah yang tidak menerima banyak murid. Bukan karena membatasi, tetapi karena jumlah pendaftar hanya 1 orang, yaitu SDN Jalen di Desa Jalen, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo.

SDN Jalen memang hanya mendapatkan 1 siswa baru pada tahun ajaran 2025/2026. Ini dibenarkan 
Kepala SDN Jalen, Dedy Adhi Nugroho. “Banyak faktor, kami dekat dengan sekolah lain, kalah bersaing,” ungkap Dedy, Selasa (15/7/2025).

Dedy menyebutkan bahwa tahun ini hanya mendapatkan 1 siswa. bernama Al Arsy Alfarizi yang mendaftar sekaligus diterima di SDN Jalen.

“PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) 2025/2026, sekolah kami mendapatkan satu siswa. Mengalami penurunan kemarin 11 saat ini hanya 1,” terangnya.

Dedy mengaku banyak faktor yang membuat sekolah minim pendaftar. Sejatinya, ia mengklaim bahwa pihak sekolah sudah berusaha maksimal agar siswa tertarik menimba ilmu di SDN Jalen.

“Seperti menambah ekstrakulikuler yang tentu berkesinambungan. Seperti drumband. Kami adakan ekstrakulikuler karena alatnya kami belikan dari alumni,” tegasnya.

Usaha lain adalah sosialisasi ke TK dan mengajak anak-anak TK untuk outing class di salah satu tempat makan, mereka diajak memasak ayam bakar dan burger.

“Tetapi kenyataannya memang 5-6 tahun penerimaan siswa baru di SDN Jalen tidak menggembirakan. Kalah bersaing dengan sekolah lain,” terangnya.

Dedy pun mengaku tidak kaget dengan hanya menerima 1 siswa. Lantaran tiga tahun lalu juga hanya mendapatkan 1 siswa. Bahkan dua tahun lalu nihil siswa.

Walaupun hanya 1 siswa, Dedy mengklaim perlakuannya sama. Untuk merangsang lebih giat, siswa digabungkan tetapi gurunya berbeda.

Pantauan di lokasi, Arsy memang menjadi satu-satunya kelas 1 SDN Jalen Ponorogo. Namun Arsy tidak minder, setelah diantar orangtuanya, ia langsung masuk ke kelas dan meletakkan tasnya.

Tak lama, Arsy yang menggunakan baju siswa SD dengan kemeja putih dan bawahan celana berwarna merah langsung berbaur bersama siswa lain walaupun berbeda tingkatan kelas.

Lonceng bel berbunyi, Arsy dan kawan-kawannya harus masuk ke kelas. Arsy masuk ke kelas II, dan saat MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) digabung dengan kelas II.

Mereka diberi tugas membuat bunga dari origami. Kemudian setelah tugas selesai, para siswa menggambar. “Ini diminta membuat bunga sama gambar,” ungkap Arsy.

Walaupun digabungkan dengan kakak kelasnya, Arsy tetap diajar satu guru sehingga tetap seperti les privat. *****

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved