Tolak Opsi Pemindahan, PKL Jombang Justru Khawatir Ada Kepentingan Tertentu Agar CFD Dibubarkan

Cak Fattah juga mengkritik lemahnya sosialisasi dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagrin) terkait larangan berjualan di jalur tengah

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Deddy Humana
surya/anggit Puji Widodo
PROTES CFD - Ratusan PKL yang tergabung Serikat Pedagang Kaki Lima (Spekal) Jombang berkumpul di Sekretariat Spekal di Desa Pulolor, Kecamatan Jombang untuk membahas seputar kisruh CFD, Minggu (13/7/2025). 

SURYA.CO.ID, JOMBANG - Dinamika pelaksanaan Car Free Day (CFD) di Jombang kembali mengemuka setelah muncul polemik pasca insiden ambulans terhambat masuk RSUD Jombang yang mengakibatkan pasien meninggal.

Ratusan pedagang kaki lima yang tergabung dalam Serikat Pedagang Kaki Lima (Spekal) Jombang menyuarakan keprihatinan mereka atas tudingan sepihak yang menyalahkan CFD sebagai penyebab utama.

Dalam sebuah konsolidasi internal yang digelar, Minggu (13/7/2025), mereka menekankan pentingnya evaluasi yang proporsional. 

Ketua Spekal, Joko Fattah Rochim atau akrab disapa Cak Fattah, menilai bahwa perlu pemahaman menyeluruh terkait insiden tersebut.

"Peristiwa itu terjadi siang hari, sekitar pukul 13.00 WIB. Sementara CFD hanya berlangsung hingga pukul 09.00 WIB saja. Jadi ada yang harus diluruskan," ucap Cak Fatttah menanggapi kabar yang menyudutkan kegiatan CFD, Senin (14/7/2025). 

Menurutnya, kemacetan yang kerap terjadi di titik rawan seperti perlintasan kereta Jomplangan lebih layak menjadi perhatian. Ditambah lagi, persoalan keterbatasan layanan medis saat akhir pekan, menurutnya, juga berkontribusi terhadap buruknya respons darurat.

"Anak saya sendiri pernah mengalami, tidak ada dokter saat Sabtu-Minggu. Ini perlu dibenahi, bukan hanya CFD yang disorot," ucapnya.

Menanggapi upaya penertiban, Spekal menyatakan komitmennya untuk menata lapak secara lebih tertib. Para pedagang telah diarahkan untuk berjualan di sisi jalan guna menjaga akses darurat tetap terbuka. 

Namun mereka meminta pengawasan yang konsisten dari pihak Satpol PP dan Dinas Perhubungan, terutama di area-area macet seperti sekitar perlintasan kereta.

Cak Fattah juga mengkritik lemahnya sosialisasi dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagrin) terkait larangan berjualan di jalur tengah. 

Menurutnya, edaran yang hanya dikirimkan ke sekretariat tanpa pengawalan lapangan membuat banyak pedagang tidak mengetahui kebijakan tersebut.

Sementara wacana pemindahan lokasi CFD ke kawasan lain ditolak mentah-mentah. Ia menyebut Jalan Ahmad Dahlan, Jalan Dr Sutomo, dan Alun-Alun sebagai lokasi yang tidak ideal karena tingginya volume kendaraan dan aktivitas toko yang tetap ramai saat akhir pekan.

"Kami khawatir ada kepentingan tertentu yang mencoba menggiring isu untuk membubarkan CFD. Tetapi kami fokus pada dampak ekonomi rakyat kecil. CFD ini ruang hidup bagi banyak orang," tegas Cak Fattah yang juga menjabat Ketua Forum Rembug Masyarakat Jombang (FRMJ).

Bagi para pelaku usaha mikro, lanjutnya, CFD bukan sekadar ruang rekreasi tetapi menjadi denyut ekonomi kerakyatan. Perputaran uang yang terjadi selama kegiatan ini dianggap mampu menggerakkan berbagai sektor kecil yang kerap terabaikan.

Menutup pernyataannya, Spekal meminta agar evaluasi ke depan dilakukan dengan semangat kolaboratif, bukan saling menyalahkan. 

Mereka mendorong semua pihak, mulai dari petugas lapangan hingga manajemen rumah sakit, untuk bersama-sama menciptakan lingkungan CFD yang tertib dan responsif terhadap kondisi darurat.

"Kalau ambulans pakai sirine sesuai prosedur, pasti bisa lewat. Kita semua perlu saling mendukung, bukan menyudutkan satu pihak saja," pungkasnya. *****

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved