Kapal Tenggelam di Selat Bali

Pencitraan Terbaru KMP Tunu, PLN Sebut Tidak Membahayakan Kabel Bawah Laut Jawa-Bali

Objek logam besar yang berjarak 30 meter dari kabel bawah laut kini diyakini bukanlah KMP Tunu Pratama Jaya, sebab ukuran objek hanya 3x14 meter.

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: irwan sy
Tim SAR
PENCITRAAN - Gambar pencitraan objek KMP Tunu Pratama Jaya hasil perekaman alat side scan sonor dari KRI Spica, Kamis (10/7/2025). Hasil pencitraan side scan sonar milik KRI Spica di Selat Bali, Kamis (10/7/2025), menunjukkan perbedaan lokasi objek diduga KMP Tunu Pratama Jaya dibandingkan sebelumnya. 

SURYA.co.id | BANYUWANGI - Hasil pencitraan side scan sonar milik KRI Spica di Selat Bali, Kamis (10/7/2025), menunjukkan perbedaan lokasi objek diduga KMP Tunu Pratama Jaya dibandingkan sebelumnya.

Objek logam besar yang berjarak 30 meter dari kabel bawah laut kini diyakini bukanlah KMP Tunu Pratama Jaya, sebab ukuran objek hanya 3x14 meter.

Sementara objek lain yang secara dimensi lebih menyerupai KMP Tunu Pratama Jaya berada di titik yang lebih jauh ke arah selatan, lokasinya kurang lebih 3,6 km dari kabel bawah laut milik PLN.

Hal tersebut cukup melegakan bagi PLN sebab risiko objek mengenai kabel bawah laut menjadi lebih kecil.

Senior Manager Pemeliharaan Transmisi PT PLN UIT Jawa Bagian Timur dan Bali, Inda Puspanugraha, mengatakan, jarak 3,6 km bukan termasuk dalam jarak berbahaya.

"Yang tadinya kami siaga pada operasi sistem, sekarang lebih rileksasi. Tapi untuk kesiapsiagaan instalasi masih kami waspadakan," kata Inda, Kamis.

Meski demikian, PLN masih akan menggali data-data terbaru dari tim SAR gabungan untuk mengantisipasi adanya perpindahan objek diduga kapal.

Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono menambahkan, remotely operates vehicle (ROV) akan diturunkan untuk merekam gambar bangkai kapal secara aktual.

Dengan fakta terbaru lokasi objek jauh dari kabel bawah laut, proses penurunan ROV akan lebih mudah.

Meski demikian, beberapa hal perlu diantisipasi agar proses tersebut bisa berlangsung secara aman.

"Karena nanti untuk menurunkan ROV, kapal butuh lego jangkar," katanya.

ROV, kata dia, sebenarnya sudah siap untuk diturunkan ke lautan Selat Bali.

Namun, masalah arus bawah laut menjadi persoalan.

ROV hanya mampu menahan arus dengan kekuatan 2 knot, sementara arus bawah laut di Selat Bali mencapai lebih dari 3 knot.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved