Berita Viral
Buntut Ayah Juliana Marins dan Pemerintah Brasil Mau Lapor HAM Internasional, Fakta Berbeda Terkuak
Reaksi pihak keluarga Juliana Marins dan pemerintah Brasil yang tidak terima atas tewasnya pendaki berusia 27 tahun, kini jadi sorotan.
SURYA.co.id - Reaksi pihak keluarga Juliana Marins dan pemerintah Brasil yang tidak terima atas tewasnya pendaki berusia 27 tahun, kini jadi sorotan.
Pemerintah Brasil melalui Kantor Pembela Umum Federal (DPU) berencana akan membawa kasus ini ke Komisi Hak Asasi Manusia Inter Amerika (IACHR), jika ditemukan dugaan kelalaian oleh pemerintah Indonesia dalam memberikan bantuan.
DPU mengajukan permintaan resmi pada Kepolisian Federal untuk menyelidiki adanya kemungkinan adanya unsur kelalaian dari otoritas Indonesia atas insiden tersebut.
Sementara keluarga Juliana justru menuding putrinya telah dibunuh, akibat tidak langsung dievakuasi saat terjatuh.
Ibu Juliana, Estela Marins dalam wawancara TV Globo medida Brasil, Estela menuding, kematian putrinya bukan sekadar kecelakaan biasa.
Baca juga: Rekam Jejak Ali Musthofa yang Dituntut Tanggungjawab atas Kematian Juliana Marins, Ini Pembelaannya
“Ini sangat menyakitkan dan membuat kami marah. Orang-orang ini telah membunuh putri saya,” kata Estela dengan suara bergetar.
Sementara sang ayah, Manoel Marins, menuding, pemandu meninggalkan Juliana sendirian di jalur pendakian setelah ia mengeluh kelelahan. Manoel menyebut bahwa pemandunya meninggalkan Juliana karena ingin merokok.
“Dia ditinggal hanya karena pemandunya ingin merokok. Untuk merokok! Saat kembali, putri saya sudah hilang dari pandangan,” tegas Manoel.
Menurut penuturan Manoel, kejadian bermula sekitar pukul 04.00 pagi, Juliana meminta istirahat karena merasa lelah.
Pemandu menyuruhnya duduk di tempat dan kemudian pergi sekitar 5–10 menit untuk merokok. Saat kembali, Juliana sudah tak terlihat lagi.
Dua jam berselang, tepat pukul 06.08 pagi, pemandu mengaku baru melihat Juliana kembali dari kejauhan dan merekam sebuah video untuk dilaporkan ke atasannya.
Bagi keluarga, kejadian itu menjadi bukti nyata bahwa keselamatan wisatawan tidak dijaga dengan semestinya.
Bahkan, menurut Manoel, perusahaan wisata menjual paket pendakian lewat kios-kios kecil tanpa memberikan informasi akurat tentang tingkat kesulitan jalur.
“Seolah-olah ini jalur ringan, padahal berbahaya,” katanya.
Keluarga juga menyalahkan pihak pengelola Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) yang dianggap lambat dalam memberikan respons setelah laporan hilangnya Juliana diterima.
“Koordinator taman terlambat menghubungi tim penyelamat,” tegas Manoel.
Saat ini, jenazah Juliana Marins sudah tiba di kampung halamannya di Brasil (1/7/2025) dan dibawa langsung ke Institut Medis Hukum Afranio Peixoto (IML) dengan pengawalan polisi dan departemen pemadam kebakaran.
Meskipun otopsi pertama sudah dilakukan di Bali, namun keluarga Juliana meminta otopsi ulang karena merasa penyebab kematian Julians belum sepenuhnya jelas.
Permintaan keluarga untuk melakukan otopsi kedua untuk mengetahui waktu dan penyebab pasti kematian Juliana.
Menurut Faozal, otopsi ulang merupakan hak dari keluarga Juliana.
Pihaknya akan menunggu sejauh mana proses yang dilalukan di Brasil.
Faozal menegaskan, bahwa apa yang sudah dilakukan oleh negara dengan alat negara yang ada di Indonesia itu sudah sesuai dengan standar yang ada di Indonesia.
"Tetapi yang pasti pemerintah Indonesia, alat negara yang ada di Indonesia untuk proses-proses mulai dari rescue sampai dengan proses otopsi itu adalah standar Indonesia yang sudah dilakukan," imbuhnya.
Reaksi Pemprov NTB
Terkait hal ini, PLH Sekretaris Daerah Nusa Tenggara Barat (NTB), Lalu Mohammad Faozal mengatakan, pemerintah Indonesia sudah melakukan upaya maksimal selama proses penyelamatan di jurang Cemara Nunggal, Gunung Rinjani.
"Pemerintah Indonesia sudah melakukan upaya maksimal, artinya baik dari proses rescue dan lain-lain yang sudah dilakukan sudah seperti standar di Indonesia," kata Faozal, Rabu (2/7/2025).
Begitu juga dengan proses otopsi jenazah yang dilakukan oleh dokter forensik di Bali.
Otopsi jenazah Juliana pertama dilakukan di RSUD Bali Mandara, usai jenazah Juliana berhasil dievakuasi dari jurang kedalaman sekitar 600 meter jalur pendakian Gunung Rinjani, pada Kamis (26/6/2025).
Dikatakan, Pemprov NTB sudah melakukan evaluasi menyeluruh terkait penanganan kecelakaan yang dialami Juliana Marins di Gunung Rinjani.
Langkah berikutnya, Pemprov NTB bersama Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) dan Basarnas serta pihak terkait akan melakukan perbaikan.
Mulai dari SOP pendakian, kuota pendakian, perbaikan jalur pendakian dan pemasangan rambu-rambu, hingga memberi latihan rescue kepada Porter dan Guide agar bisa memberikan pertolongan pertama saat ada insiden di gunung.
Sebelumnya diberitakan, Pemerintah Brasil melalui Kantor Pembela Umum Federal (DPU) membuka kemungkinan untuk menempuh jalur hukum internasional terkait kematian Juliana Marins, warga negara Brasil yang meninggal saat melakukan pendakian di Gunung Rinjani.
DPU mengajukan permintaan resmi pada Kepolisian Federal untuk menyelidiki adanya kemungkinan adanya unsur kelalaian dari otoritas Indonesia atas insiden tersebut.
Tim SAR Beber Fakta Berbeda

Di bagian lain, Samsul Padli, anggota tim SAR Lombok Timur membeber fakta mencengengkan di balik evakuasi Juliana Marins.
Diceritakan Samsul, pihaknya menerima kabar adanya pendaki jatuh dari Taman Nasional Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6/2025).
Sementara kejadian jatuhnya sekira pukul 4 hingga 5 pagi.
Setelah mendapat informasi, pihaknya langsung berangkat menuju Sembalun untuk kooordinasi dengan pihak taman nasional.
Setelah itu, tim pertama bergerak membawa satu set peralatan vertical rescue.
"Kami jalan dari bukit 3, mulai jam 12.00, sampai di TKP jam 18.30 WIB," katanya.
Setelah mengecek kondisi dan salat Isya, dilakukan breafing untuk evakuasi.
Saat itu, akhirnya diputuskan Samsul untuk turun ke posisi terakhir korban teriak.
"Kenapa kita lakukan malam? Karena kondisi korban masih hidup saat tertangkap drone," kata Samsul yang saat itu turun ke jurang sendirian pukul 19.30.
Saat itu Samsul berhasil menemukan track inpul dan senter milik Juliana.
Namun, saat itu Juliana tidak berhasil ditemukan.
"Saya turun di titik video terakhir, saya tidak temukan korban. Saya teriak, panggil tidak ada sahutan," katanya.
Meski korban tidak ada, Samsul tidak langsung naik dan memilih untuk tinggal di jurang sendirian atau flying camp malam itu, dengan harapan esok akan dilanjutkan mencari Juliana.
"Saya bermalam di bawah flying camp, besok pagi saya lanjutkan pencarian," kata Samsul yang saat itu hanya mengenakan jaket dan celana, tanpa sleeping bed karena berpikiran langsung bisa menemukan Juliana.
Pagi hari, Samsul kembali mencari Juliana hingga kedalaman 300 meter seorang diri.
Namun, saat itu, Juliana tetap tidak ditemukan.
Akhirnya dia putuskan naik ke atas pada Senin pukul 08.00 WIB.
Setelah itu proses pencarian Juliana dilakukan melalui drone.
Akhirnya pada Senin itu posisinya Juliana ditemukan di jurang yang lebih dalam.
Akhirnya pihaknya memutuskan untuk melengkapi perlengkapan rescue seperti tali dan perlengkapan lainnya.
Dan pada Selasa, diputuskan untuk mengevakuasi jasad Juliana dari jurang sedalam 600 meter.
Saat itu Samsul dibantu oleh Khafid dan dua relawan, Tyo serta Agam Rinjani.
Setelah menemukan jasad Juliana, mereka sempat bermalam atau flying camp kembali di lokasi tersebut.
Akhirnya pada Rabu (25/6/2025), jasad Juliana Marins berhasil dievakuasi dengan taruhan nyawa.
Cerita bagaimana Juliana Marins dievakuasi ada di berita lain topik ini.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Brasil Rencana Lapor ke HAM Internasional soal Juliana Marins, Pemprov NTB Buka Suara"
Juliana Marins
Ayah Juliana Marins
Pendaki Brasil Jatuh di Gunung Rinjani
Samsul Padli
Agam Rinjani
SURYA.co.id
surabaya.tribunnews.com
Sosok Adrianus Agal, Pengacara yang Bongkar Peran F Diduga Oknum Aparat Pembunuh Bos Bank Plat Merah |
![]() |
---|
Guru Besar UPN Beri Solusi untuk Akhiri Kasus Ijazah Jokowi, Berkaca Dari Kasus Bahlil Lahadalia |
![]() |
---|
Rekam Jejak Hakim I Ketut Darpawan yang Gugurkan PK Silfester Matutina, Raih Antigratifikasi Award |
![]() |
---|
Gelagat Bupati Pati Sudewo Setelah Diperiksa KPK, Masih Ngotot Tak Mau Mundur: Saya Akan Amanah |
![]() |
---|
Siasat Eras, Penculik Bos Bank Plat Merah Hindari Hukuman Berat, Ajukan Justice Collaborator ke LPSK |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.