Kampung Edukasi Sampah Sekardangan Sidoarjo Jadi Lokus STBM Award 2025 Kementerian Kesehatan

Kampung Edukasi Sampah Sidoarjo menjadi salah satu lokasi verifikasi lapangan dalam ajang STBM Award 2025 Kementerian Kesehatan

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
Kampung Edukasi Sampah
VERIFIKASI LAPANGAN - Pengurus Kampung Edukasi Sampah yang berada di RT 23 RW 07 Kelurahan Sekardangan, Kecamatan Sidoarjo, saat menerima kunjungan verifikasi lapangan dari tim ajang STBM Award 2025 yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan RI. Kegiatan tersebut merupakan proses penilaian nasional terhadap keberhasilan pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Sidoarjo. 

SURYA.co.id | SIDOARJO – Kampung Edukasi Sampah yang berada di RT 23 RW 07 Kelurahan Sekardangan Sidoarjo menjadi salah satu lokasi verifikasi lapangan dalam ajang STBM Award 2025 yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kegiatan tersebut merupakan proses penilaian nasional terhadap keberhasilan pelaksanaan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Sidoarjo.

Tim Verifikator Nasional hadir langsung di Sidoarjo pada akhir pekan lalu.

Berbeda dari banyak program berbasis infrastruktur, Kampung Edukasi Sampah membangun sanitasi dari fondasi perilaku dan kesadaran warga.

Sebanyak lima pilar STBM telah diterapkan secara menyeluruh dan berkelanjutan, mulai dari kepemilikan jamban sehat di setiap rumah, kebiasaan mencuci tangan pakai sabun, pengelolaan makanan dan minuman secara higienis, pemilahan serta pengolahan sampah rumah tangga, hingga pengelolaan limbah cair melalui sistem komunal yang ramah lingkungan.

Seluruh aktivitas tersebut tidak berdiri sebagai program top-down, melainkan tumbuh dari partisipasi aktif masyarakat.

Edukasi dilakukan melalui kegiatan harian, kerja bakti, diskusi warga, serta keterlibatan lintas usia dari anak-anak hingga lansia.

Menurut Edi Priyanto, Pegiat Lingkungan Kampung Edukasi Sampah, proses perubahan yang terjadi di kampung ini merupakan hasil perjalanan panjang membangun kesadaran, bukan sekadar membangun fasilitas.

“Kami tidak sedang mengejar penghargaan, tapi ingin membuktikan bahwa menjaga lingkungan bisa dimulai dari langkah-langkah kecil yang dilakukan bersama dan konsisten,” kata Edi.

Senada dengan itu, Hariyanto, kader lingkungan yang turut mendampingi tim verifikasi di Kampung Edukasi Sampah, menuturkan bahwa perubahan terjadi karena kebersamaan, bukan karena proyek instan.

“Awalnya memang tidak mudah. Tapi setelah warga merasakan manfaatnya lingkungan bersih, air lebih sehat, anak-anak lebih terlibat mereka mulai bergerak dengan kesadaran sendiri. Sekarang, memilah sampah dan cuci tangan pakai sabun sudah jadi bagian dari kebiasaan harian,” jelas Hariyanto.

Tak hanya kader, semangat ini juga dirasakan langsung oleh warga.

Yuyun, salah satu ibu rumah tangga yang rutin ikut kerja bakti, mengaku kini lebih peduli dengan kebersihan lingkungan setelah melihat perubahan yang terjadi di sekitarnya.

“Dulu saya pikir buang sampah di depan rumah itu biasa. Tapi setelah ikut kegiatan kampung, saya jadi tahu cara memilah dan mengompos. Sekarang saya juga merasakan manfaat menyiram tanaman pakai air olahan IPAL. Rasanya bangga, meski sederhana,” ungkap Yuyun sambil membersihkan halaman bersama tetangga.

Ketua RT 23, Andi Hariyadi, menyampaikan bahwa pencapaian ini merupakan hasil dari gotong royong dan komitmen warga yang luar biasa.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved