Banjir di Sidoarjo

Memasuki Musim Kemarau, Tapi Banjir Masih Mengancam Sidoarjo

Banjir masih berpotensi terjadi di Kabupaten Sidoarjo, Jatim, meski sudah masuk musim kemarau. 

|
Penulis: M Taufik | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/M Taufik
BANJIR SIDOARJO - Banjir masih berpotensi terjadi di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, meski sudah masuk musim kemarau. Geografis Sidoarjo sebagai Kota Delta, terletak di antara dua sungai besar, yakni Sungai Mas dan Kali Porong. 

SURYA.CO.ID, SIDOARJO – Banjir masih berpotensi terjadi di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim), meski sudah masuk musim kemarau. 

Jika sewaktu-waktu terjadi hujan lebat dalam waktu lama, beberapa sungai tidak mampu menampung air, karena ada penangkalan. Ditambah lagi ketika air laut sedang pasang.

Geografis Sidoarjo sebagai Kota Delta yang terletak di antara dua sungai besar, yakni Sungai Mas dan Kali Porong yang merupakan pecahan dari Sungai Brantas, membuat wilayah ini rawan banjir ketika sungai tidak terawat dengan baik.

Seperti pada pekan kemarin, Jalan Raya Porong sampai harus ditutup karena banjir hingga ketinggian sekitar 1 meter. Padahal sudah masuk musim kemarau. 

Banjir itu, akibat hujan deras yang mengguyur beberapa jam pada malam sebelumnya.  

Pompa-pompa air milik Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo (PPLS) pun dikerahkan untuk menyedot air yang membanjiri jalan raya. Dialihkan ke kolam penampungan air yang berada di sebelah Jalan Raya Porong. 

Baca juga: Beragam Upaya Dilakukan Pemkab Sidoarjo untuk Mengatasi Banjir

Pada waktu yang bersamaan, puluhan desa lain juga kebanjiran, setelah hujan deras mengguyur di beberapa kecamatan. 

Di wilayah Kecamatan Candi, sedikitnya ada enam desa yang kebanjiran dengan ketingggian 10-25 centimeter (cm) ketika itu. Termasuk Desa Sumorame, Gelam, Balonggabus, Balongdowo dan Desa Durungbanjar. 

“Ada sekitar 10 orang warga yang mengungsi di Balai Desa Candi, Kecamatan Candi. Namun tidak lama, setelah air mulai surut, mereka juga kembali ke rumahnya masing-masing,” kata Kepala BPBD Sidoarjo, Sabino Mariano

Sementara di Kecamatan Tanggulangin, tercatat ada 10 desa yang kebanjiran. Yakni Desa Ketegan, Boro, Ngaban, Kalitengah, Kalidawir, Gempolsari, Sentul, Penatarsewu, Kedungbanteng dan Desa Banjarsari. Ketinggian air kisaran 10-20 cm. 

Di Kecamatan Krembung ada satu desa, yakni Desa Wangkal yang kebanjiran. 

Sementara di Kecamatan Porong, banjir merendam Jalan Raya Porong, Desa Lajuk, Pesawahan, Candipari dan Kedungboto. 

Banjir terjadi setelah hujan lebat sekitar 4 jam. Ditambah kondisi air laut sedang tinggi, sehingga air menggenang di beberapa lokasi.

Diketahui, banjir ini akibat Sungai Mbah Gepuk meluap, karena tak mampu menampung air setelah hujan deras mengguyur dalam waktu lama. 

"Ketika kami melakukan penyusuran sungai, terlihat beberapa titik di sungai mengalami pendangkalan. Penyebabnya ada yang disebabkan tertutup tumbuhan seperti eceng gondok dan kangkung. Hal itu juga yang menyebab aliran sungai tidak lancar,” ujar Sabino.

Halaman
12
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved