SURYA Kampus

Rezeki Nomplok Cecep Anak Petani yang Wujudkan Mimpi Kuliah di ITB, Dapat Laptop dan Uang Rp 20 Juta

Cecep Nurrokhman, pemuda asal Desa Bondan, Kecamatan Sukamiwang, Indramayu, Jawa Barat (Jabar), mendapatkan rezeki nomplok dari Gubernur Dedi Mulyadi

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Kolase Tribun Jabar
KULIAH - (kanan) Cecep, anak petani bisa mewujudkan impian kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia dapat rezeki nomplok dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi (kiri) 

SURYA.CO.ID - Impian Cecep Nurrokhman, pemuda asal Desa Bondan, Kecamatan Sukamiwang, Indramayu, Jawa Barat (Jabar), akhirnya terwujud.

Bukan hanya itu, ia pun mendapatkan rezeki nomplok dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Cecep kini bisa berkuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), kampus yang selama ini masuk daftar mimpinya sejak sekolah menengah pertama (SMP).

"Tentunya saya sangat senang sekali, karena impian saya ingin bisa masuk ITB," kata Cecep dikutip SURYA.CO.ID dari Tribun Jabar.

Terlahir dari ayah yang bekerja sebagai petani dan ibu penjual jajanan, tak membuat Cecep mengubur impiannya.

Ia justru mendapat dukungan dari orang tua yang selalu menanamkan nilai prihatin dan kemandirian.

"Awalnya terdengar tidak mungkin saya masuk ITB, cuma berkat dukungan dan support orang tua serta kakak saya, dan usaha saya juga belajar setiap hari hingga bisa dapat beberapa penghargaan, sehingga yang tadinya tidak mungkin itu kini jadi mungkin," ujarnya.

Cecep bahkan tidak segan membantu orang tuanya berjualan di sekolah saat masih duduk di bangku SMA Negeri 1 Sukagumiwang. Uang hasil jualan digunakan untuk keperluan sekolah dan tambahan uang saku.

Dapa Beasiswa

Baca juga: Ingat Bambang Tri Mulyono, Terpidana Kasus Penistaan Agama yang Gugat Ijazah Jokowi? Kini Ajukan PK

Prestasi akademik Cecep juga membawanya menerima beasiswa dari Dedi Mulyadi

Beasiswa itu datang tanpa ia duga sebelumnya.

"Saya sebenarnya tidak menyangka bakal dapat beasiswa tersebut karena memang tidak mendaftar apa pun," ucap Cecep.

Program beasiswa itu diberikan kepada calon mahasiswa asal Jawa Barat yang memiliki kendala finansial namun lolos seleksi masuk perguruan tinggi negeri.

"Mungkin itu, harus lolos dulu seleksi dan ini programnya juga dikhususkan untuk anak Jawa Barat yang terkendala biaya," jelasnya.

Ingin Jadi Pengajar

Cecep tak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka itu. Ia bercita-cita menjadi seorang pengajar profesional dan ingin berkontribusi bagi dunia pendidikan Indonesia.

“Cita-cita saya sendiri karena sedari kecil saya sudah senang dengan belajar dan yang berbau dengan pendidikan, saya ingin sekali berkontribusi di dunia pendidikan Indonesia dengan menjadi seorang pengajar,” tutur Cecep.

 

Ia juga berharap agar anak-anak muda dari Indramayu dan daerah lainnya di Jawa Barat bisa termotivasi untuk terus belajar dan tidak menyerah karena keterbatasan ekonomi.

Dapat Laptop dan Uang

Dedi Mulyadi memberikan bantuan pendidikan senilai Rp 20 juta dan satu unit laptop kepada Cecep dan 21 mahasiswa ITB lainnya yang berasal dari keluarga kurang mampu. 

“Insyaallah, dengan semangat ini, yakin bahwa kita punya kemampuan, dan yang paling utama, kita punya tujuan."

"Tidak ada keberhasilan yang hanya mengandalkan otak, tapi juga hati,” ujar Dedi Mulyadi saat penyerahan bantuan dalam seremoni di Bale Sri Baduga, Purwakarta.

Ia menegaskan, anak-anak muda Jabar harus terus didorong agar mampu menempuh pendidikan tinggi dan kelak menjadi agen perubahan.

“Saya mengutip Bung Karno, ‘Gantungkan cita-citamu setinggi langit. Jika jatuh, kau akan jatuh di antara bintang-bintang.’ Hari ini, adik-adik sudah menggapai salah satu bintang itu: diterima di ITB,” pungkasnya.

Kisah Lain dari Mahasiswa ITB

Sebelumnya, Devit Febriansyah, siswa SMA Negeri 1 Bukittinggi, yang dinyatakan lolos Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) ITB 2025. 

Kisah Devit disampaikan Dosen Teknik Metalurgi ITB, Imam Santoso, dalam unggahan Instagram pribadinya. 

Imam menceritakan bahwa Devit diterima di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI-ITB) melalui jalur prestasi. 

Pencapaian ini pun menarik atensi Rektor ITB, Tatacipta Dirgantara. 

Tata bahkan mendatangi kediaman Devit di Bukittinggi, untuk menjemputnya.

"Diarak Rektor di lereng Gunung Singgalang, Sumatera Barat. Devit dari SMAN 1 Bukittinggi keterima STEI, tremor, tau ada Pak Rektor," tulis Imam Santoso.

Kehadiran Tata disambut hangat oleh orang tua Devit.

Orang tua Devit, Doni Afrijal dan Julimar, juga sempat menangis haru karena tak percaya Rektor ITB datang ke tempatnya.

"Ayah Ibu Devit nangis sesenggukan termasuk Prof Tata," lanjut Imam.

Sesekali Tata menenangkan ayah Devit yang menangis sesenggukan.

Pada kesempatan itu, Tata memberikan hadiah topi dan bantuan lain, berupa laptop dan uang tunai, dari Paragon Corp.

Bukan hanya dari Rektor ITB, rupanya warga Kecamatan Malala juga memberikan bantuan kepada Devit.

Bantuan itu sebagai bentuk suka cita karena Devit menjadi orang pertama dari Kecamatan Malala yang bisa kuliah di ITB.

Warga setempat membuka donasi atau iuran sukarela untuk membantu biaya Devit ke Bandung. 

Pasalnya, kondisi ekonomi orang tua Devit sangat terbatas. Orang tua Devit hanya bekerja sebagai kuli angkut kayu manis dengan penghasilan harian tidak menentu.

"Devit keterima ITB bikin bangga sekampung, penduduk patungan bantu Devit, 50rb, 100rb, dan seterusnya," sambung Imam sembari menunjukkan pesan grup di Whatsapp (WA).

Unggahan Imam Santoso pun langsung dibanjiri komentar warganet.

===

Kami mengajak Anda untuk bergabung dalam Whatsapp Channel Harian Surya. Melalui Channel Whatsapp ini, Harian Surya akan mengirimkan rekomendasi bacaan menarik Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Persebaya dari seluruh daerah di Jawa Timur.  

Klik di sini untuk untuk bergabung 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved