Peter Tjoa Kenalkan Gitar Akustik Pertama di Dunia dari Bahan Batu Marmer Madagaskar

Peter Tjoa mengenalkan karya unik berupa gitar akustik dari bahan baku batu marmer atau granit.

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
sri handi lestari/surya.co.id
GITAR MARMER - Dari kiri ke kanan : Peter Tjoa pendiri sekaligus Creative Director MM Galleri Group bersama penyanyi lagu-lagu mandarin Evelyn Jiang dan Ivan Winata, pendiri Ivan Guitar Studio, saat menunjukkan produk gitar dari bahan baku batu marmer. Gitar ini menjadi produk ketiga yang akan dikenalkan ke pasar terbatas bagi kolektor, musisi, dan pecinta seni yang bisa menghargai karya. 

Bagian belakang gitar yang bertugas menjadi pemantul suara akan tetap dari batu, sementara bagian depan yang menjadi penghasil suara utama, akan memakai material kayu ringan dan lunak.

Kombinasi ini diyakini akan menghasilkan suara unik, berkarakter, dan tetap nyaman dimainkan.

Bahkan dipastikan suaranya akan lebih powerfull.

Evelyn Jiang, penyanyi Mandarin yang kerap tampil di panggung internasional, terlibat dalam pengujian dan penyempurnaan tonal gitar.

“Saya bisa merasakan perbedaan suara secara langsung. Gitar ini tidak hanya unik secara visual, tapi juga punya warna suara yang baru dan orisinal,” terang Evelyn.

Ada tiga gitar telah dibuat, dan salah satunya telah dibeli oleh seorang kolektor asal Italia seharga  U$ 10.000.

"Pasarnya bukan massal, tapi untuk kolektor, musisi, dan pecinta seni yang bisa menghargai karya. Harganya bisa mencapai ratusan juta jika benar-benar memenuhi ekspektasi suara dan estetika," beber Ivan.

Granit Lemurian Blue dipilih karena punya kekuatan bending strength di atas 100 kg/cm⊃2;, serta pola warna yang eksotis.

Proses produksinya bisa memakan waktu hingga sebulan hanya untuk tahap bending, belum termasuk perakitan dan penyetelan suara.

Produksi perdana gitar kolaboratif ini resmi dimulai di pabrik Granit MM, yang berlokasi Ngoro dan akan menjadi tonggak baru dalam dunia alat musik global.

"Sebenarnya granit atau marmer yang digunakan bisa dari lokal karena granit atau marker lokal banyak yang bagus. Tetapi untuk perdana, kami memilih granit lemuriandari Madagaskar," imbuh Ivan.

Proyek ini bukan sekadar penciptaan instrumen, tetapi pernyataan bahwa Indonesia punya inovasi, teknologi, dan kreativitas yang bisa bersaing di level dunia.

"Kami ingin menginspirasi generasi muda bahwa batu bukan hanya untuk dinding dan lantai. Ia bisa bernyanyi," pungkas Peter.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved