Polemik Parkir di Toko Modern

Bantah Isu Rasial Dalam Polemik Parkir, Cak Eri : Semua Menjaga Surabaya, Yang Melanggar Kita Sikat

"Ada yang mengatakan, kok (hanya) suku tertentu yang disikat? Kok suku lainnya tidak," tutur Cak Eri di Surabaya, Senin (16/6/2025)

|
surya/Bobby Constantine Koloway (Bobby)
ATURAN PARKIR SURABAYA - Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengingatkan masyarakat agar tidak mengaitkan masalah pengelolaan parkir di Surabaya dengan isu rasial. 

SURYA.CO.ID, KOTA SURABAYA - Penindakan atas pelanggaran pengelolaan lahan parkir di Kota Surabaya beberapa waktu terakhir, mendadak digunakan pihak tertentu pada isu rasial. Hal ini dibantah Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi yang mengingatkan masyarakat agar tidak mengaitkan hal itu dengan isu kesukuan. 

Ditegaskan Cak Eri, semua suku dan agama memiliki semangat yang sama untuk menjaga perdamaian di Kota Pahlawan. Cak Eri menanggapi anggapan sebagian orang bahwa pemda mendeskreditkan suku tertentu dalam polemik parkir, khususnya juru parkir liar. 

"Ada yang mengatakan, kok (hanya) suku tertentu yang disikat? Kok suku lainnya tidak," tutur Cak Eri di Surabaya, Senin (16/6/2025).

"Saya katakan, saya tidak mengatakan seperti itu. Siapa pun yang tidak menjalankan (aturan) di Surabaya, pasti saya sikat," tegasnya.

Cak Eri mencontohkan penertiban parkir liar di kawasan Kebun Binatang Surabaya (KBS). Saat itu, Wali Kota Eri juga menertibkan sejumlah jukir yang kedapatan menarik biaya parkir di atas ketentuan. Dari  interogasi, jukir liar tersebut merupakan warga dalam kota.

"Masih ingat ketika masih ada di KBS? Itu suku Jawa, warga Surabaya. Tetapi begitu saya tahu ia warga Surabaya, saya tambah nemen (menjadi-jadi) ngomongnya (memberikan nasehat). Karena apa? Saya nelangsa, sakit hati. Kenapa? Orang Surabaya, dilahirkan di Surabaya, golek duwit (bekerja) di Surabaya, gede (besar) di Surabaya, kok masih merusak Kota Surabaya?" jelasnya.

Karenanya, Cak Eri menegaskan bahwa penertiban jukir liar tidak memandang bulu. Pihaknya tegas kepada seluruh pihak yang melanggar. "Kok yang disikat dulu pihak tertentu? TIDAK. Semua saya sikat kalau melanggar," ia menekankan.

Menurutnya, para pelanggar hanya sebagai oknum, tidak selalu mewakili perilaku suku tertentu. "Ini hanyalah oknum. Makanya nggak bisa digebyah uyah (disamaratakan). Mau Suku Jawa, Madura, Batak, Ambon, nggak bisa digebyah-uyah,"' paparnya.

Cak Eri menambahkan, kalau ada warga yang melanggar dengan isu kesukuan seperti di atas maka harus dilawan. Karena ia yakin itu hanya pernyataan oknum. 

Apalagi semua masyarakat Surabaya memiliki semangat yang sama yaitu menjaga nama baik kotanya tanpa menyebut suku tertentu yang dihembuskan oknum-oknum tertentu.

Sebelumnya Pendiri Ikatan Keluarga Madura (Ikamra), HR Ali Badri Zaini mendukung upaya Pemkot Surabaya memberantas juru parkir (jukir) liar, premanisme, hingga pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di Kota Pahlawan. 

Tokoh senior Madura yang akrab disapa Abah Ali Badri tersebut juga mendesak penyelesaian hukum, seperti disampaikan menghadiri apel pemberantasan jukir liar, premanisme, hingga curanmor, Selasa (10/6/2025). 

Dipimpin Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, apel ini diikuti personel gabungan dari Pemkot Surabaya, Kepolisan dan TNI, hingga ormas se-Surabaya.

Cak Eri memberikan waktu kepada Ali Badri untuk memberikan arahan. Ali Badri menerangkan, bahwa penyelesaian kriminalitas tidak cukup hanya mengandalkan kerja kepolisian.

Dengan jumlah personel yang terbatas, kepolisian tetap membutuhkan bantuan masyarakat untuk melakukan penindakan hingga pencegahan. "Maka mari bergandengan tangan. Bantu polisi yang jumlahnya sedikit ini," ujar Ali Badri.

Halaman
12
Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved