Berita Viral

Sudah Ikhlas Dulu Kena Tipu Rp 55 Juta, Bu Susi Kini Malah Lolos PPPK Bojonegoro Secara Murni

Jalan yang harus dilalui Dwi Susilowati, guru honorer di SDN Dander II, Kecamatan Dander, Bojonegoro untuk jadi PPPK mungkin memang harus terjal.

SURYA.co.id/Misbahul Munir
PUNGLI PPPK - Dwi Susilowati, guru honorer di SDN Dander II, Kecamatan Dander, Bojonegoro, ditipu hingga Rp55 juta. Dijanjikan lolos menjadi pegawai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). 

Sunarsih beberapa kali mengikuti tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), tetapi belum pernah berhasil lolos.

"Sudah pernah tes CPNS. Dulu. Kalau berapa kalinya, lupa. Pokoknya sering," katanya sembari tersenyum.

Meski gagal menjadi PNS, Sunarsih tetap setia mengabdi di dunia pendidikan.

Ia menjadi Guru Tidak Tetap (GTT) di salah satu sekolah dasar negeri di Surabaya Barat sejak tahun 2001 hingga 2024.

Kesempatan baru datang pada 2023, ketika pemerintah membuka jalan bagi tenaga honorer yang telah bekerja lebih dari dua tahun untuk mengikuti seleksi ASN PPPK.

Kebijakan ini menjadi harapan baru bagi banyak tenaga pendidik, termasuk Sunarsih.

Di usianya yang hampir menyentuh masa pensiun, Sunarsih mengaku tidak mempermasalahkan status honorer.

Baginya, yang terpenting adalah tetap bisa bertemu dan mendidik para muridnya.

Namun, ia akhirnya memutuskan mengikuti seleksi PPPK karena ada kebijakan nasional yang menghapuskan status honorer. 

"Tapi, ternyata semua diwajibkan [oleh pemerintah] untuk ikut tes sebab memang sudah nggak boleh ada yang berstatus honorer," ujarnya.

Salah satu tantangan besar yang dihadapi Sunarsih adalah memenuhi persyaratan administrasi, khususnya Sertifikat Pendidikan Profesi Guru (PPG).

Meski telah berpengalaman, Sunarsih yang merupakan lulusan Pendidikan Bahasa Indonesia ini belum memiliki sertifikat tersebut.

Untuk memenuhi syarat, ia harus mengikuti program PPG, termasuk menjalani Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di sebuah SMP negeri di Surabaya pada tahun 2022.

Proses ini diakuinya tidak mudah, mengingat usianya yang sudah hampir 60 tahun.

"Dan akhirnya Alhamdulillah saya berhasil mendapatkan sertifikat PPG," katanya dengan penuh syukur.

Sertifikat ini kemudian menjadi tiket baginya untuk mengikuti tes seleksi PPPK 2024.

Berbeda dari pengalaman mengikuti tes CPNS sebelumnya, kali ini Sunarsih merasa lebih santai.

"Saya [lulus dengan] dapat nilai akumulasi di atas 500. Jadi, tesnya Alhamdulillah lancar. Yang agak berat justru di PPG kemarin," selorohnya.

Kini, setelah resmi diangkat sebagai ASN PPPK, Sunarsih tetap memandang profesinya sebagai guru bukan sekadar pekerjaan, melainkan bentuk pengabdian kepada negeri.

Ia bahkan menyatakan bahwa status ASN bukanlah tujuan utamanya.

Pengangkatan ini terjadi satu tahun menjelang masa pensiunnya, tetapi Sunarsih merasa sudah cukup bahagia karena sepanjang karirnya telah berhasil mendidik banyak murid, beberapa di antaranya kini juga menjadi ASN.

Bahkan, anak sulungnya lebih dahulu menjadi ASN ketimbang dirinya.

"Alhamdulillah. Untuk teman-teman yang masih muda-muda, jangan pernah lelah untuk meraih cita-cita. Terus bersemangat dan fokus dalam kariermu," pesan guru kelas 1 dari sebuah SD negeri di Surabaya Barat tersebut.(Misbahul Munir/Bobby Constantine/Putra Dewangga)

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved