Mahasiswa UPN Jatim Tanggapi Tantangan AI Lewat Proyek Kreatif

Menjawab tantangan disrupsi teknologi dan meningkatnya angka pengangguran muda, Program Studi Ilmu Komunikasi UPN Jatim menggelar COMMFEST 2025. 

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Cak Sur
Istimewa
COMMFEST 2025 - Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) "Veteran" Jawa Timur menggelar COMMFEST 2025 dengan tema “The Power of Brand: Career and Identity” dan menghadirkan berbagai bentuk karya kreatif mahasiswa. Mulai dari public speaking, penulisan artikel ilmiah, iklan layanan masyarakat dan jurnalisme podcast, desain website/blog, kampanye kesehatan hingga instalasi visual. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Menjawab tantangan disrupsi teknologi dan meningkatnya angka pengangguran muda, Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) "Veteran" Jawa Timur menggelar COMMFEST 2025

Acara yang berlangsung di Gedung FISIP II UPN Jatim, Surabaya ini merupakan bagian dari pendekatan Project-Based Learning, sekaligus menjadi bentuk evaluasi akhir semester yang dikemas secara inovatif dan partisipatif.

COMMFEST 2025 mengusung tema “The Power of Brand: Career and Identity” dan menghadirkan berbagai bentuk karya kreatif mahasiswa, mulai dari public speaking, penulisan artikel ilmiah, iklan layanan masyarakat dan jurnalisme podcast.

Lalu, desain website/blog, kampanye kesehatan,hingga instalasi visual. 

Semua karya tersebut, dipamerkan dan dipresentasikan langsung oleh mahasiswa di hadapan audiens.

Koordinator Program Studi Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Jawa Timur, Syafrida Nurrachmi Febriyanti, menyebut COMMFEST sebagai respons terhadap kondisi aktual di mana bonus demografi dan disrupsi teknologi hadir bersamaan. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2024, tingkat pengangguran terbuka untuk usia 15–24 tahun tercatat sebesar 18,6 persen, tertinggi dibanding kelompok usia lainnya. 

Sementara, laporan Bank Dunia memperkirakan bahwa 24 persen pekerjaan di Asia Tenggara berpotensi tergantikan oleh otomatisasi dalam dua dekade mendatang.

“Kondisi ini menciptakan tantangan ganda. Menghindari AI bukanlah pilihan. Karena itu, kami mengajarkan mahasiswa untuk menjadikan teknologi sebagai mitra berpikir,” kata Syafrida.

Ia menjelaskan, bahwa dalam proses belajar, mahasiswa diarahkan untuk menggunakan AI seperti ChatGPT sebagai alat bantu, bukan pengganti proses berpikir kritis. 

“Kami tetap menekankan pentingnya membaca literatur, memahami konteks sosial, menyusun solusi yang relevan, serta menyampaikan ide secara langsung dalam bentuk komunikasi publik,” ujar Syafrida.

Berbeda dengan ujian akhir konvensional, COMMFEST 2025 menjadikan hasil karya mahasiswa sebagai pengganti lembar soal. 

Mereka diminta untuk bekerja kolaboratif, menampilkan karya secara langsung, dan mempertahankan argumen melalui presentasi terbuka. 

“Ini adalah bentuk nyata dari evaluasi yang berbasis pengalaman. Kami ingin mahasiswa benar-benar menginternalisasi pelajaran mereka, bukan sekadar menghafal,” ungkap Syafrida.

Salah satu contoh pendekatan ini, tampak dalam mata kuliah Kajian Media dan Budaya. 

Halaman
12
Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved