Gelar Seminar 1st Symtya 2025, Klinik Mata Tritya Surabaya Beri Edukasi Gangguan Penglihatan

Dinkes Surabaya menyebut jumlah kasus gangguan mata pada tahun 2024 telah menembus angka 121.206 kasus.

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
sri handi lestari/surya.co.id
GANGGUAN PENGLIHATAN - Wakil Direktur Umum Klinik Mata Tritya, Ardinantyo Sidohutomo, S.M. (paling kanan) bersama drg Retnowati Handayaningroem, M.M dan Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Nanik Sukristina, S.KM (kedua dan ketiga dari kanan) saat mendengarkan penjelasan di salah satu pengisi booth pameran disela kegiatan seminar 1st Symtya bertema Manajemen Penyakit Mata di Fasilitas Kesehatan yang digelar oleh Klinik Mata Tritya di Hotel Bumi Surabaya, Sabtu (24/5/2025). Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya, jumlah kasus gangguan mata pada tahun 2024 telah menembus angka 121.206 kasus. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Tren gangguan penglihatan di Kota Surabaya mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam tiga tahun terakhir.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya, jumlah kasus gangguan mata pada tahun 2024 telah menembus angka 121.206 kasus.

Angka ini naik dari 109 ribu kasus pada tahun 2022 dan 114.536 kasus di tahun 2023. Kepala Dinas Kesehatan Surabaya, drg Nanik Sukristina menyatakan bahwa pihaknya terus berupaya menekan angka gangguan penglihatan melalui berbagai strategi.

"Mulai dari skrining rutin di puskesmas dan rumah sakit hingga edukasi langsung ke masyarakat. Kami aktif melakukan sosialisasi di berbagai layanan kesehatan seperti posyandu dan puskesmas, bahkan, juga bekerja sama dengan pihak swasta seperti Klinik Mata Tritya untuk memperluas jangkauan edukasi dan deteksi dini gangguan penglihatan,” kata Nanik saat hadir dalam seminar 1st Symtya bertema Manajemen Penyakit Mata di Fasilitas Kesehatan yang digelar oleh Klinik Mata Tritya di Hotel Bumi Surabaya, Sabtu (24/5/2025).

Nanik menyoroti bahwa tingginya angka kasus juga dipengaruhi oleh rendahnya literasi masyarakat tentang kesehatan mata serta kekhawatiran terhadap tindakan medis seperti operasi.

Oleh karena itu, kemitraan dengan Klinik Mata Tritya menjadi langkah strategis untuk menjangkau lebih banyak masyarakat, khususnya kelompok rentan.

Dukungan terhadap peningkatan literasi kesehatan mata juga datang dari para profesional medis.

Ketua Panitia seminar 1st SYMTYA, drg Retnowati Handayaningroem, mengungkapkan bahwa kegiatan ini bukan hanya forum edukasi, tetapi juga bentuk kepedulian sosial terhadap pasien yang kurang mampu atau belum terlindungi oleh BPJS Kesehatan.

"Salah satu kontribusi nyata Klinik Mata Tritya adalah penyelenggaraan skrining dan pengobatan mata gratis di Taman Surya, sebagai bagian dari perayaan HUT Kota Surabaya pada 17 Mei lalu," ungkap drg Retnowati.

Tak hanya itu, seminar-seminar yang mereka adakan juga ditujukan untuk meningkatkan kapasitas tenaga medis dan paramedis dalam menangani gangguan mata.

Menariknya, komitmen Klinik Mata Tritya tidak hanya terfokus di Surabaya.

Mereka telah memperluas jangkauan pelayanan ke sejumlah daerah seperti Nganjuk, Madiun, Ponorogo, dan Banyuwangi.

Dengan pendekatan humanis, layanan yang diberikan tidak selalu berbayar, khususnya bagi masyarakat tidak mampu.

“Prinsip kami adalah membawa manfaat seluas-luasnya, dengan mengedepankan sisi kemanusiaan. Ini bukan sekadar soal pengobatan, tapi bagaimana membuka akses dan literasi kesehatan mata yang merata,” beber Retnowati.

Seminar 1st SYMTYA menjadi acara besar pertama yang digelar Klinik Mata Tritya, diikuti oleh lebih dari 500 peserta, termasuk dokter spesialis mata, dokter umum, dan optometris dari Surabaya dan sekitarnya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved