Elpiji 3 KG Langka, Warga Bangkalan Pun Memasak Pakai Kayu, Harga Rp 25 Ribu Bikin Emak-Emak Murka

Selain Kecamatan Kokop, harga Rp 25.000 untuk elpiji 3 KG yang seharusnya murah untuk rakyat itu, juga terjadi di Kecamatan Blega dan Arosbaya.  

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Deddy Humana
Surya/Ahmad Faisol (Ahmad Faisol)
TERHAMBAT UNTUK MAJU - Seorang warga Desa Keleyan, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan kembali memasak seperti zaman dahulu, menyalakan tungku dengan kayu dan ranting kering di dapurnya untuk memasak kebutuhan sehari-hari, Rabu (16/4/2025), akibat kelangkaan pasokan elpiji 3 KG. 


SURYA.CO.ID, BANGKALAN – Penggunaan gas untuk memasak yang menjadi salah satu tanda modernisasi, masih saja terhambat kelancaran pasokan.

Setelah lebaran, masyarakat di Kabupaten Bangkalan masih menghadapi kelangkaan pasokan elpiji 3 KG sehingga sebagian terpaksa kembali memasak dengan bahan bakar kayu.

Kesulitan mendapatkan elpiji 3 KG bersubsidi itu juga membuat berang masyarakat, karena ketika ditemukan ternyata harganya meroket.Selama sepekan terakhir, kenaikan harga itu dirasakan mulai dari Rp 22.000 hingga Rp 25.000 per tabung.

Mbok Moni, pemilik warung kopi di kawasan Stadion Gelora Bangkalan (SGB) mencak-mencak begitu mendengar kabar bahwa harga satu tabung gas elpiji 3 KG di pelosok sudah mencapai Rp 25.000.  

“Lumayan pusing warga, semua barang mahal, gak turun-turun (harga). Beras, telur dan sekarang elpiji 3 KG yang sebelumnya di bawah Rp 20.000, menjadi Rp 21.000 hingga Rp 25.000. Lihat saja nanti kan sampai Rp 30.000,” omel emak-emak itu, Rabu (16/4/2025).

Situasi semakin menghangat ketika protes masyarakat makin luas. Ahmad, seorang warga Kecamatan Kokop melalui aplikasi WhatsApp (WA) mengirim pesan suara, ‘Segemik ebuh setiyah. Larang, polanah langka ruwah, segemik ebuh. Yeh paggun e bellih, timbeng tak a tanak’ (25 ribu sekarang. Mahal, karena langka, 25 ribu. Ya tetap dibeli daripada tidak memasak).

Selain di Kecamatan Kokop, harga Rp 25.000 untuk elpiji 3 KG yang seharusnya murah untuk rakyat itu, juga terjadi di Kecamatan Blega dan Kecamatan Arosbaya.  

Qomarudin (50), pemilik toko di kawasan Jaddih Pasar, Kecamatan Socah berharap pasokan tabung gas elpiji terus ditingkatkan karena sejak pasca lebaran keberadaannya belum normal.   

“Kemarin saya kan mendatangi agen di Kota Bangkalan dengan membawa 19 tabung kosong elpiji 3 KG, ternyata pengambilan dijatah hanya 3 tabung. Sejak setelah lebaran belum normal, banyak warga kembali dan harga sudah naik Rp 2.000 atau menjadi Rp 22.000. Padahal awalnya Rp 20.000,” kata Qomar kepada SURYA.

Penderitaan atas ketiadaan elpji 3 KG juga disuarakan Sunaria (68), warga Desa Keleyan, Kecamatan Socah.

Sunaria mengaku kesulitan untuk mendapatkan tabung elpiji 3 KG sehingga usai kembali dari hajatan pernikahan, ia mengambil ranting-ranting pohon kering dari kebun untuk memasak di atas tungku untuk kebutuhan sehari-hari.   

“Sulit setelah hari raya, gas (elpiji 3 KG) langka di mana-mana, tidak dikirim dari agen. Harganya mahal, jadi terpaksa saya pakai tungku dengan ranting-ranting kayu kering dari kebun untuk memasak sementara ini. Barangkali nanti harga elpiji kembali turun, agar kembali memasak pakai gas,” terang Sunaria. 

Pihak Disperindag Kabupaten Bangkalan dan agen Pertamina di Bangkalan belum memberikan penjelasan atas keterlambatan pasokan elpiji 3 KG itu. *****

Sumber: Surya
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved