Padukan Langgam Jawa-Timur Tengah, Masjid An-Nahda Jadi Destinasi Religi Lintas Bojonegoro-Ngawi

Bagus sekali, luar biasa indah dan unik masjidnya. Arsitekturnya bagus seperti masjid Timur Tengah tetapi ada nuansa Jawanya

Penulis: Misbahul Munir | Editor: Deddy Humana
surya/misbahul munir
MASJID ARTISTIK - Bangunan Masjid An-Nahda bergaya arsitektur Timur Tengah dipadukan nuansa Jawa berdiri di wilayah Kabupaten Bojonegoro bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Ngawi, tepatnya di Desa Sumberejo, Kecamatan Margomulyo. 

SURYA.CO.ID, BOJONEGORO - Sebuah bangunan masjid indah bergaya arsitektur Timur Tengah dipadukan dengan nuansa Jawa berdiri megah di wilayah Kabupaten Bojonegoro bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Ngawi.

Sebab keindahan dan kemegahannya masjid yang diberi nama Masjid An-Nahda ini menjadi viral dan ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah hingga saat ini.

Padahal, untuk berkunjung di Masjid An-Nahda bukan perkara gampang. Mereka harus melewati jalanan berkelok menembus hutan jati untuk sampai di masjid yang berlokasi di Desa Sumberejo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro itu.

Masjid yang berdiri lahan seluas 2,9 hektard ini tidak hanya menjadi tempat shalat maupun pusat keagamaan saja. Masjid itu juga menjelma sebagai salah satu destinasi wisata religi di Bojonegoro yang menyuguhkan pengalaman spiritual dibalut dengan keindahan estetika.

Salah satu pengunjung bernama Sunarto misalnya, datang bersama rombongan dari Yogyakarta. Ia bersama keluarga mengaku sengaja mampir ke Bojonegoro usai menghadiri Halal bi Halal keluarga di  Ngawi.

"Bagus sekali, luar biasa indah dan unik masjidnya. Arsitekturnya bagus seperti masjid Timur Tengah tetapi ada nuansa Jawanya," ujar Sunarto, Sabtu (12/4/2025). 

Tidak hanya kagum dengan keunikan dan megahnya Masjid An-Nahda, Sunarto pun memberikan apresiasi kepada pemda yang telah menginisiasi pembangunan masjid ini.

Masjid memiliki peran penting untuk umat Islam, selain sebagai tempat ibadah, juga berperan sebagai tempat kajian keagaman, pendidikan, sosial hingga pemberdayaan umat. 

"Memakmurkan masjid tidak hanya dengan shalat berjamaah, memberikan fasilitas seperti ini juga. Dan yang terpenting saat ini bagaimana dapat menjadikan masjid sebagai magnet, pusat kajian keagamaan sekaligus mampu mengatasi masalah sosial dan pemberdayaan umat," sambungnya.

Sejak pertama kali dibuka pada 27 Desember 2024 lalu, Masjid An-Nahda hampir tidak pernah sepi. Setiap masuk waktu shalat, shaf jamaah selalu penuh.

Setelah selesai melaksanakan kewajibannya tidak jarang para jamaah biasanya mengabadikan momen dengan berswafoto berlatar bangunan masjid yang megah.

Bagaimana tidak, Masjid An-Nahda bukan sekedar tempat ibadah biasa, setiap sudutnya dapat menjadi spot foto instagramable yang cantik. Mulai lantai yang berbalut marmer hingga setiap ornamennya dirancang dengan filosofi mendalam memadukan unsur Timur Tengah dan Jawa Klasik.

Gradasi warna bangunan yang dibuat elegan kombinasi warna kecoklatan, putih dan emas dilebur dalam sentuhan klasik, membuat tampilan masjid terlihat agung, hangat dan mewah.

Ditambah desain bangunan yang unik membentuk seperti bulan sabit dengan ornamen Gebyok Jawa yang digabungkan gaya Aljaferia Andalusia, dihiasi dengan kolam dan taman, semakin menambah keindahan masjid ini. Pelatarannya yang luas menjadi arena favorit bagi anak-anak bermain.

Namun sebagian orang memandang kurang elok kalau tempat ibadah dipergunakan sarana rekreasi. Komentar negatif pun berseliweran. Menyoal polah pengunjung yang dinilai tidak beradab terhadap tempat ibadah.

Wakil ketua takmir masjid An-Nahda, Tri Marsono menyikapinya dengan bijak. Ia bersama pengurus yang lain selalu mengingatkan kepada pengunjung untuk mengutamakan ibadah, terlebih saat memasuki waktu shalat berjamaah.

"Kami bebaskan untuk yang mau berfoto di serambi atau di pelataran depan, asalkan waktunya shalat ikut jamaah dulu, dan tetap tertib tidak mengganggu yang sedang beribadah," tegas Marsono.

Masjid ini, lanjut Marsono, selalu terbuka 24 jam untuk umum. Bagi masyarakat yang dalam perjalanan jauh bisa beristirahat di serambi atau dipelataran. Soal parkir kendaraan jangan khawatir, parkir di dalam lingkungan masjid semuanya gratis.

"Parkir dari kami (pengurus takmir) gratis, asalkan di dalam masih muat. Dari kami tidak ada tarikan untuk parkir. Tetapi untuk yang penarikan uang parkir di luar masjid itu bukan tanggungjawab kami," jelasnya.

Marsono juga menjelaskan bahwa sejatinya Masjid An-Nahda ini belum selesai 100 persen. Bahkan belum diresmikan oleh Pemkab Bojonegoro

Pihak takmir juga belum mengetahui secara pasti kapan masjid ini bakal kembali dirampungkan dan diresmikan. "Informasinya tinggal finishing, dan menambah fasilitas pelengkap lainnya," tutupnya.

Sebagai informasi, Masjid wisata religi An-Nahda sebelumnya merupakan megaproyek yang diinisiasi oleh Bupati Bojonegoro periode 2018 - 2023, Anna Mu'awanah.

Dalam pembangunan megaproyek masjid ini membutuhkan waktu 4 tahun terhitung sejak tahun 2020 hingga 2024.

Untuk pembangunannya, Pemkab Bojonegoro mengeluarkan anggaran Rp 128,9 miliar yang bersumber dari APBD Bojonegoro.

Anggaran pembangunan masjid ini dilakukan secara bertahap. Tahap 1 pada tahun 2020 dengan anggaran Rp 15 miliar. Kemudian tahap 2 pada tahun 2021 mulai dilaksanakan pembangunan dengan pagu anggaran Rp 24,9 miliar.

Selanjutnya tahap 3 adalah tahun 2022, proyek yang diharapkan menjadi destinasi wisata religi di perbatasan Bojonegoro-Ngawi ini dilanjutkan dengan pagu anggaran Rp 44 miliar. 

Dan tahap ke 4, proyek yang pekerjaan Analisa Dampak Lingukangannya (Amdal) dikerjakan pada tahun 2022 ini kembali dilanjutkan dengan pagu anggaran Rp 45 miliar. *****

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved