SURYA Kampus

Sosok 2 Mahasiswa Baru Termuda Unesa yang Lolos Jalur SNBP, Ada yang Masih Berusia 15 Tahun

Setelah pengumuman SNBP 2025, Unesa memiliki dua mahasiswa baru dengan umur yang terbilang cukup muda. Ada yang masih umur 15 tahun.

Kolase Dok.UNESA
MAHASISWA BARU TERMUDA - (kiri) Yuyun Maemunah dan (kanan) Robith Najachil Umam, mahasiswa baru termuda Unesa dari jalur SNBP 2025. 

Remaja kelahiran Mojokerto, tahun 2009 ini diterima di Prodi S1 Kedokteran, FK Unesa pada usia 16 tahun 1 bulan.

Hal ini bisa terwujud berkat prestasi akademik, kedisiplinan, serta nilai-nilai keagamaan yang ia jalankan sejak di pondok pesantren.

Pemuda yang akrab disapa Robith itu dikenal sebagai siswa berprestasi di berbagai ajang akademik.

Ia berhasil meraih semifinalis Olimpiade Kedokteran di Unusa, semifinalis Olimpiade Biologi di PGRI Adi Buana, serta dua medali emas dari Pusat Kejuaraan Sains Nasional (Puskanas).

“Saya sangat bersyukur bisa mencapai semua ini. Prestasi yang saya raih bukan hanya karena usaha pribadi, tetapi juga karena doa orang tua, guru, serta para kyai yang selalu membimbing saya,” ujarnya, dilansir dari laman Unesa.  

Menjadi mahasiswa kedokteran di usia muda bukan hal yang mudah.

Keberhasilan Robith tak lepas dari keputusannya untuk mengikuti program akselerasi sejak SMP dan SMA. 

Dengan sistem ini, ia mampu menyelesaikan pendidikan menengahnya hanya dalam waktu empat tahun, lebih cepat dibandingkan siswa pada umumnya.

“Saya menjalani akselerasi dengan ritme belajar yang padat. Jika biasanya satu semester ditempuh enam bulan, saya harus menyelesaikan dalam tiga bulan saja. Itu tantangan besar, tetapi juga pengalaman yang sangat berharga,” ungkapnya.

Menurutnya, ketaatan kepada kyai (KH. Asep Saifudin) dan kebiasaan mengamalkan ibadah rutin di pesantren menjadi bagian penting dari perjalanannya.

Ia terbiasa melakukan salat tasbih seminggu sekali, membaca Yasin empat kali, serta mengikuti istighosah apel pagi setiap hari.

“Saya selalu diajarkan bahwa keberkahan ilmu datang dari adab kepada guru. Selain itu, saya dan teman-teman di pondok dibimbing untuk salat malam secara rutin,” ceritanya.

Sebagai mahasiswa akselerasi, Robith sudah terbiasa dengan beban akademik yang tinggi.

Ia menerapkan strategi belajar yang efektif agar tetap bisa memahami materi dengan baik.

“Saya selalu mencatat ulang materi yang diajarkan guru dengan bahasa saya sendiri.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved