Berita Viral

Sosok Nico Afinta Sekjen Kemenkumham yang Respon Tegas Kegagalan Buruh Peraih Nilai Tertinggi CPNS

Inilah sosok Nico Afinta, Sekjek Kemenkumham yang respon tegas kegagalan Tri Cahya Ningsih buruh peraih nilai tertinggi CPNS.

kolase Kemenkumham dan Kompas.com/Muchamad Dafi
GAGAL CPNS KEMENKUMHAM - (kiri) Sekretaris Jenderal Kementerian Hukum dan HAM (Sekjen Kemenkumham), Nico Afinta, menjadi pembina apel pagi untuk pertama kalinya, Senin (30/09). (kanan) Tri Cahyaningsih saat ditemui setelah tes CPNS. 

SURYA.co.id - Inilah sosok Nico Afinta, Sekjek Kemenkumham yang respon tegas kegagalan Tri Cahya Ningsih buruh peraih nilai tertinggi CPNS.

Diketahui, kegagalan Tri Cahyaningsih, buruh pabrik peraih nilai tertinggi Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) 2024, berbuntut panjang. 

Kementerian Hukum akhirnya buka suara terkait kasus tersebut.

Sekretaris Jenderal Kementerian Hukum Nico Afinta menyatakan, syarat tinggi badan perlu dipenuhi oleh peserta seleksi CPNS Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham).

Khususnya pada formasi keamanan dan ketertiban, seperti penjaga tahanan.

“Pekerjaan yang berkaitan dengan keamanan, contohnya para penjaga tahanan, membutuhkan kondisi fisik tertentu agar dapat melaksanakan tugasnya.

Baca juga: Buntut Tri Buruh Peraih Nilai Tertinggi CPNS Gagal karena Tinggi Badan, Kemenkum Beber Syarat Mutlak

"Sehingga tinggi dan berat badan menjadi salah satu faktor yang dilihat dari pelamar CPNS,” kata Nico dalam keterangan tertulis, Jumat (21/2/2025).

Nico menjelaskan, persyaratan tinggi dan berat badan semata-mata agar pegawai dapat mengerjakan tugas dan fungsi pada posisi yang dilamar secara maksimal.

Ia mengeklaim, Kemenkumham akan terus melakukan evaluasi terhadap kesesuaian antara kualifikasi peserta dengan jabatannya.

Contohnya, Kemenkumham telah menurunkan persyaratan tinggi badan pada formasi SLTA/sederajat sebanyak 2 cm dari tahun 2023 ke tahun 2024.

Tinggi badan laki-laki yang semula 165 cm menjadi 163 cm, sedangkan tinggi badan perempuan yang diturunkan dari 160 cm menjadi 158 cm.

“Kami terus melakukan penyesuaian agar CPNS yang diterima benar-benar sesuai dengan kebutuhan jabatan,” ujar Nico.

Nico menjelaskan, pemeriksaan tinggi badan dilakukan pada tahapan tes kesehatan.

Sementara untuk memastikan tes kesehatan berjalan dengan bersih, Kemenkumham menggandeng rumah sakit pemerintah sebagai pihak yang sudah memiliki kualifikasi untuk menyelenggarakan tes kesehatan.

“Kami pastikan tes kesehatan berjalan tanpa kecurangan karena dilakukan oleh orang-orang profesional."

"Sehingga hasil tes kesehatan, termasuk tinggi badan, valid dan dapat dipercaya,” kata Nico.

“Satu standar persyaratan yang sama diterapkan kepada semua peserta untuk menjamin keadilan bagi seluruhnya,” ujar dia.

Baca juga: Beda Hasil Ukur Tinggi Badan Tri Buruh Pabrik Peraih Nilai Tertinggi CPNS Kemenkumham, Tetap Legowo

Di samping itu, ia mengingatkan bahwa panitia seleksi CPNS Kemenkumham menyediakan masa sanggah bagi peserta yang ingin mengajukan keberatan terhadap hasil seleksi.

Peserta dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk memastikan data atau nilainya telah benar sesuai hasil tes.

Sosok Nico Afinta

Pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur, ini merupakan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1992 dan memiliki banyak pengalaman di bidang reserse.

Setelah lulus dari Akpol, Nico sempat melanjutkan pendidikannya ke jenjang sarjana di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian.

Perwira tinggi ini pun sempat mengenyam pendidikan S2 hingga doktoral di Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat.

Nico meraih gelar doktor pada 2016, bersamaan dengan kelulusannya di Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi (Sespimti) Polri.

Karier pertamanya dimulai ketika menjabat sebagai Pamapta Polrestabes Semarang pada 1993.

Pada 2013, ia pernah menjabat sebagai Kapolrestabes Medan selama dua tahun, sebelum dimutasi ke Kabagbindik Sespimma Sespim Lemdiklat Polri pada 2015.

 Puncak kariernya terjadi pada 2020, ketika ia ditunjuk menjadi Kapolda Kalimantan Selatan, disusul Kapolda Jawa Timur pada tahun yang sama.

Baca juga: Amalan Tri Buruh Pabrik Peraih Nilai Tertinggi CPNS Kemenkumham, Malah Gagal Gegara Tinggi Badan

Polemik Tri Cahya Ningsih

Tri kecewa berat saat mengetahui dirinya gagal tes CPNS 2024 karena tinggi badan yang tak memenuhi persyaratan.

"Minimal tinggi (tinggi badan minimal) 158 sentimeter. Nah pas di sana (seleksi kesehatan) cuma 157,5 aja," katanya.

Kendati begitu, ia berusaha ikhlas menerima kondisi tersebut.

"Gelo (kecewa) pastine (pastinya), kurang 0,5 sentimeter aja lho. Tapi gak apa-apa, memang belum rejekine," terangnya.

Padahal, Tri merasa sudah berjuang mati-matian untuk mewujudkan keinginannya menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN). 

Ia lantas menceritakan bahwa selama ini harus membagi waktu antara keluarga, mengurus rumah tangga, dan mempersiapkan tes CPNS 2024. 

"Belajar pas lagi senggang aja sih."

"Soalnya sambil kerja dan sambil momong anak juga. Ya kalau pas luang aja," ujarnya.

Saat pagi hari, Tri mengurus anak yang hendak ke sekolah.

Kemudian, ia bekerja sebagai buruh di pabrik.

Sore hari ketika jam istirahat kerja, ia menyempatkan waktu untuk belajar CPNS 2024.

"Kerjanya shift-shiftan jadi pas pagi anak sekolah belajar. Kalau sore pas istirahat kerja juga belajar," ungkapnya.

Meski sulit membagi waktu, Tri tetap berusaha mengejar ketertinggalan.

“Kalau capek ya capek banget soalnya belajar sambil bekerja, mengurus rumah, anak, suami. Tapi untung anak-anak dan suami bisa saling support,” kata dia, dikutip SURYA.CO.ID dari TribunSolo.com.

Pasalnya, dirinya mulai belajar setelah lulus seleksi administrasi.

Selain belajar, Tri juga melakukan ikhtiar dengan berdoa. 

Dia tak pernah melupakan zikir setelah salat 5 waktu. 

Salat Dhuha pun tak pernah ditinggalkan. 

Dia juga kerap salat tahajud tengah malam. 

"Kalau tahajudnya kadang-kadang. Tapi kalau Dhuha terus. Kalau pas di Pabrik juga tetap bisa salat dhuha," ujar alumni SMA N 3 Boyolali ini, melansir dari Tribun Solo.

Kerja keras Tri ini bukan tanpa alasan.

Dirinya mati-matian belajar CPNS 2024, karena pernah mengalami kegagalan beberapa kali.

Pada 2017, Tri pernah mencoba mendaftar, namun usahanya belum membuahkan hasil. 

Dia gugur dalam tes seleksi kesamaptaan.

Tahun berikutnya, ia mencoba lagi. Namun, Tri tak bisa mengikuti tes.

Tak berhenti di situ, Tri kembali mendaftar CPNS, tetapi ia hamil dan melahirkan putra yang membuatnya tak memungkinkan untuk mengikuti seleksi.

Padahal, tahun itu menjadi kesempatan terakhir baginya untuk mengabdikan diri pada negara.

"Kan tidak bisa ikut lagi karena batas usia maksimal 28 tahun. Ya udah enggak bisa," ucapnya, Sabtu (9/11/2024).

>>>Update berita terkini di Googlenews Surya.co.id

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved