Dorong Urban Farming di Kampung-Kampung, Wakil Ketua DPRD Surabaya Laila Mufidah: Pemkot Harus Hadir

Wakil Ketua DPRD Surabaya, Laila Mufidah, mendorong agar urban farming di seluruh kampung di Surabaya terus dikembangkan.

Penulis: Nuraini Faiq | Editor: irwan sy
habibur rohman/surya.co.id
URBAN FARMING - Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya, Laila Mufidah, mengunjungi 'Kampung Ijo' Kendangsari Surabaya, Senin (24/2/2025). Warga RT 01 RW 05 Kendangsari merawat berbagai tanaman (urban farming) dengan sistem hidroponik secara bergantian, terutama dalam kondisi cuaca di Kota Surabaya yang sering hujan. 

Namun selama lima tahun menjalankan program urban farming, mereka belum mendapatkan dukungan optimal dari Pemkot.

Warga di Kendangsari ingin Pemkot memberikan jalan untuk menjadikan Kampung Ijo mendapat link dan jaringan yang lebih luas.

Tidak hanya jaringan warung makan yang dibangun warga sendiri, tapi bisa masuk pasar yang lebih besar.

Warga bersyukur jika bisa bermitra dengan hotel atau supermarket.

Semua panen urban farming organik di Kampung Kendangsari bisa ditampung mereka.

Namun impian itu belum terwujud, kondisi urban farming di kampung ini mulai menyusut.

"Salah satunya karena ancaman hujan yang berkepanjangan. Salah satu yang dihindari hidroponik adalah terkena hujan langsung. Kami ingin Pemkot membantu mini green house," kata Wahyu Agustiana, koordinator urban farming Kendangsari RT 01/RW 05.

Dengan tetap menyuplai warung makan dan lalapan, warga yang tergabung dalam Kelompok Tani Maju Bersama itu tetap konsisten menggerakkan warga untuk urban farming.

Dengan media pot dan hidroponik, warga tetap melanjutkan program itu.

Dengan kemandiriannya, warga memasarkan lewat medsos dan klasikal di warung terdekat kampung.

Branding online warga menjadikan program urban farming Kendangsari cukup dikenal.

Saat ini ada 20 anggota dari warga yang aktif.

Warga Tak Boleh Jalan Sendiri
Warga yang aktif melestarikan urban farming di Kendangsari ini terus berjuang di tengah keterbatasan.

Ancaman hujan dan membengkaknya biaya produksi adalah tantangan bagi warga.

Mereka berusaha tetap menjalankan program tersebut.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved