Kematian Massal Ikan Nila Ternyata Siklus Tahunan, Pembudidaya di Ponorogo Terlambat Memanen

“Sebelumnya itu juga setelah Agustus. Tetapi tidak separah sekarang. Saya terlambat mengantisipasi,” katanya.

Penulis: Pramita Kusumaningrum | Editor: Deddy Humana
surya/Pramita Kusumaningrum (pramita)
MATI MASSAL - Salah satu pembudidaya ikan di Telaga Ngebel, Dwi Prasetyo menunjukkan ikan nila pada kerambanya yang mati di Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Kamis (6/2/2025). Ribuan ekor ikan nila di Telaga Ngebel mati massal akibat terimbas uap belerang yang muncul saat angin kencang. 

SURYA.CO.ID, PONOROGO - Kematian mendadak ribuan ekor ikan nila di Telaga Ngebel Ponorogo selama sepekan terakhir, ternyata bukan sesuatu yang mengejutkan.

Beberapa pembudidaya ikan di telaga itu mengakui bahwa ini fenomena yang terjadi setiap tahun, bahkan bisa dua kali.

Hal ini diungkapkan salah satu pembudidaya ikan yang ditemui, Jumat (7/2/2025). Setelah SURYA mendalami lebih jauh tentang kematian massal ikan nila itu, terungkap bahwa fenomena itu bukan hal baru, tetapi siklus tahunan.

Salah satu pembudidaya menjelaskan bahwa fenomena matinya ikan nyaris terjadi setiap tahun. Bahkan dalam setahun dua kali, biasanya di bulan Februari dan Agustus.

“Sebelumnya itu juga setelah Agustus. Tetapi tidak separah sekarang. Saya terlambat mengantisipasi,” katanya.

Siklus itu juga sebelumnya sudah disinggung Dinas Pertanian Ketahanan Pangan Perikanan (Dipertahankan) Ponorogo. Dan kematian ribuan ikan nila di Telaga Ngebel adalah fenomena tahunan.

“Memang fenomena alam yang biasa terjadi, Namanya Upwelling,” ungkap Kabid Peternakan Kesehatan Hewan dan Perikanan Dipertahankan Ponorogo, Siti Barokah, Jumat (7/2/2025).

Barokah menjelaskan bahwa Upwelling adalah proses pergerakan air yang dari bawah naik ke atas. Sementara yang di bawah banyak material terbawa ke atas.

“Upwelling terjadi setiap pergantian musim. Dari pergantian cuaca ekstrem. Dan setiap tahun terjadi,” kata Barokah.

Barokah mengatakan bahwa fenomena alam ini tidak bisa diantisipasi. Lantaran cuaca ekstrem tidak ada yang bisa mengendalikan.

“Tetapi bisa dilihat jika airnya terjadi perubahan menjadi warna kuning berarti berati tanda bahwa pembudidaya segera memanen,” urainya.

Barokah mengaku bahwa pembudidaya paham dengan fenomena alam itu. Terlebih ada perubahan warna air.

“Ketika ada perubahan warna air telaga menjadi gelap, biasanya segera memanen. Tetapi saat itu terjadi, mereka tidak segera memanen karena waktu itu libur panjang,” tegasnya.

Para pembudidaya, lanjut Barokah, tidak hanya membudidayakan saja. Namun juga mempunyai usaha kapal maupun warung sehingga tidak segera memanen terlalu lama.

Sebelumnya, ribuan ekor ikan nila di Telaga Ngebel “mabuk” dan mati mendadak, Kamis (6/2/2025). Fenomena ini rupanya sudah ada nyaris sepekan, atau sejak Jumat (31/1/2025) lalu.

Pantauan di lokasi, pembudidaya menyisihkan ikan yang mati di keramba miliknya masing-masing. Ikan nila yang mati dimasukkan ke karung. Beberapa di antaranya dijadikan pakan ikan lele. Lantaran diyakini ikan lele masih kuat. *****

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved