Dinkes Bondowoso Waspadai Siklus 3 Tahunan Demam Berdarah, Awal Tahun Sudah Ada Puluhan Kasus

Baru memasuki bulan Januari 2025, namun jumlah penderita demam berdarah (DB) di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, sudah mencapai puluhan.

Penulis: Sinca Ari Pangistu | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Sinca Ari Pangistu
Kader Jumantik saat melakukan pemantauan di sejumlah kamar mandi warga di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. 

SURYA.CO.ID, BONDOWOSO - Baru memasuki bulan Januari 2025, namun jumlah penderita demam berdarah (DB) di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur (Jatim), sudah mencapai puluhan.

Data diterima dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Bondowoso, ada 28 orang penderita DB.

Menurut Subkor Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM), Goek Fitri Purwandari, ada tiga kecamatan dengan kasus tertinggi. 

Yakni Kecamatan Tenggarang sebanyak 5 kasus, Kecamatan Kademangan 4 kasus, Kecamatan Wringin 3 kasus.

"Tidak ada yang meninggal," ungkap Goek Fitri Purwandari saat dikonfirmasi, Sabtu (25/1/2025).

Ia menerangkan, Dinkes melakukan berbagai upaya dalam menekan kasus demam berdarah di Bondowoso.

Salah satunya yakni, penyemprotan fogging. Namun memang penyemprotan tak bisa serta merta dilakukan. Ada syaratnya yakni jika di satu wilayah terdapat beberapa pasien DB, maka diambil salah satunya.

Syaratnya harus melalui Penyelidikan Epidemiologi (PE). Jika hasil PE positif dan hasil trombosit di bawah 100 ribu sebanyak dua kali, maka siap dilaksanakan penyemprotan.

"Misalnya tiga kasus, ya foggingnya satu, karena satu itu kan 200 meter," terangnya. 

Di lain sisi, pihaknya juga mengoptimalkan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan peran Juru Pemantau Jentik (Jumantik).

Fitri mengimbau kepada masyarakat, meskipun tak dilakukan penyemprotan, mereka bisa melakukan pencegahan menggunakan repelen atau anti nyamuk.

Termasuk juga melaksanakan menggalakkan 4M plus. Yakni, menguras bak mandi dan tempat penampungan air, memantau jentik nyamuk dan mengubur barang bekas, menutup tempat-tempat penampungan air.

"Intinya, perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat atau PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) serta PSM-nya," terangnya.

Sementara itu, angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Bondowoso sepanjang 2024, meningkat tiga kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Yakni, mencapai 896 kasus DBD, dengan dua kasus kematian. 

Dari ratusan kasus ini, tertinggi terjadi di Kecamatan Wringin dengan 99 kasus, dan Kecamatan Grujugan 58 kasus.

Sementara, di tahun 2023, terjadi 228 kasus DBD dengan dua kasus kematian. Tertinggi, di Kecamatan Wringin 24 kasus, dan Kecamatan Tamanan 22 kasus.

Menurut Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bondowoso, Agus Winarno, jika berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, peningkatan biasanya terjadi tiap siklus 3 tahun.

Namun, di 2024 atau masih masuk tahun ke dua sudah terjadi peningkatan di Jawa Timur, termasuk Bondowoso, hingga tiga kali lipat. Kondisi ini bahkan diperkirakan terjadi di seluruh wilayah Indonesia.

Kendati begitu, Dinkes Bondowoso tetap mewaspadai kejadian siklus 3 tahun atau di tahun 2025.

Salah satu yang akan dilakukan, yakni menambah sarana prasarana dan melakukan tambahan petugas fogging. 

Selama ini, tim Fogging Dinas Kesehatan ada dua tim yang masing-masing terdiri dari lima orang. Dalam sehari mereka melakukan maksimal dua kali fogging. Jika padat bisa 3 kali.

"Tim petugas fogging untuk tahun 2025 harus ditambah," ulas Agus.

Di lain sisi, kata Agus, pihaknya juga akan menggiatkan tim Kader Jumantik di tiap-tiap desa.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved