Curhat Pelaku UMKM Kuliner di Jawa Timur : Pilih Potong Laba Imbas Kenaikan Harga Elpiji

Pelaku usaha kuliner di Jawa Timur mengungkapkan imbas kenaikan harga LPG terhadap bisnis mereka. 

surya.co.id/habibur rohman
Pekerja menata deretan tabung gas LPG 3 Kg di toko di kawasan Surabaya Selatan, Kamis (23/1/2024). Harga Eceran Tertinggi (HET) gas LPG 3 Kg naik serentak di Jawa Timur dan HET elpiji tiga kilogram dari sebelumnya Rp 16.000 menjadi Rp 18.000. 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Pelaku usaha kuliner di Jawa Timur mengungkapkan imbas kenaikan harga LPG terhadap bisnis mereka. 

Untuk tetap bertahan di pasar, mereka memilih menurunkan laba.

"Kalau soal pengaruh [kenaikan harga dengan usaha), pasti ada pengaruhnya. Sebab, LPG menjadi salah satu bahan urgent bagi kita untuk mengolah makanan," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia (APJI) Jawa Timur, Indah Nugrowibowo ketika dikonfirmasi di Surabaya.

Apalagi menurut Indah, gejala kenaikan biaya produksi tak hanya akibat kenaikan harga LPG saja. 

"Bagi kami yang produksinya setiap hari, kenaikan tersebut begitu terasa," tandas Indah.

Menyiasati kenaikan harga tersebut, masing-masing unit usaha memiliki startegi berbeda. 

Ada yang mengatur bahan baku, menyesuaikan ukuran, hingga mengurangi laba.

Langkah tersebut diambil karena dianggap lebih bijaksana dibanding menaikkan harga produk. 

"Untuk menaikkan barang, belum sampai ke sana sehingga masih kita hitung," kata pengusaha kue ini.

"Namun, ketika harga bahan baku naik dengan harga jual [produk] yang tetap sama maka otomatis akan mengurangi profit. Ini yang sementara dialami pelaku usaha kuliner," tandasnya.

 Ia menjelaskan, kenaikan ini berimbas kepada seluruh usaha sektor usaha kuliner. Terutama, para pelaku UMKM

"Sehingga, kami berharap kenaikan harga ini tetap disesuaikan dengan pendapatan masyarakat," katanya.

"Setelah masalah pandemi [Covid-19], masalah ekonomi ini belum berakhir. Daya beli masyarakat menurun sedangkan harga bahan baku naik sehingga dunia jasa boga lesu dibandingkan sebelum pandemi. Karenanya, [pemerintah] diharapkan dapat menaikkan daya beli masyarakat dengan tidak menaikkan bahan baku ini," kata Indah.

Kenaikan LPG memang berpotensi dapat mengurangi daya beli masyarakat. 

Pemkot Surabaya pun mengantisipasi lonjakan inflasi akibat kenaikan LPG tersebut.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved