Berita Viral

Ingat Guru Zaharman yang Diketapel Wali Murid hingga Buta? Buah Kesabaran Membuahkan Penghargaan Ini

Guru Zaharman yang buta setelkah matanya diketapel wali murid, kini memanen buah kesabarannya. Pemerintah beri penghargaan ini.

Editor: Musahadah
kolase kemdikbud.go.id/tribun
Guru Zaharman yang buta karena diketapel wali murid akhirnya mendapatkan penghargaan. 

Dikutip dari laman kemdikbud.go.id, sejak memulai karier sebagai pendidik, Zaharman telah menghadapi berbagai rintangan, mulai dari medan yang sulit, tantangan sosial, hingga ancaman keamanan yang kerap mengintai.

Zaharman memulai perjalanan sebagai guru olahraga di SMA Negeri 7 Rejang Lebong pada tahun 1991.

Hingga kini, ia terus mengabdi meski setiap hari menempuh perjalanan jauh untuk mencapai tempat ia mengajar. 

Lokasi sekolah yang terpencil di wilayah Rejang Lebong menjadi tantangan tersendiri, terutama karena rawannya tindakan kriminal. 

"Lokasi tempat saya mengajar sangat ekstrem. Banyak sekali tindakan kriminal seperti begal. Bagi pendatang baru yang tinggal di luar wilayah itu, situasinya sangat rawan," kata Zaharman seperti dikutip dari laman www.kemdikbud.go.id, Selasa (10/12/2024). 

Selain itu, lingkungan masyarakat sekitar sekolah juga menjadi tantangan. Ia mengungkapkan bahwa etika sebagian warga setempat terkadang mengganggu kegiatan sekolah. 

"Ketika ekstrakurikuler berlangsung, masyarakat sering masuk begitu saja ke area sekolah dan ikut bermain. Ini tidak hanya melanggar etika, tetapi juga mengganggu konsentrasi siswa," imbuhnya.

Salah satu peristiwa yang menjadi titik balik dalam perjalanan karier Zaharman terjadi pada 1 Agustus 2023.

Saat ia menegur seorang siswa yang kedapatan merokok di lingkungan sekolah, orang tua siswa tersebut tidak menerima tindakan itu dan menyerangnya dengan ketapel.

Serangan itu pun mengakibatkan kebutaan permanen pada mata kanan Zaharman.

Akibat peristiwa itu, mata sebelah kanannya sudah tidak berfungsi.

"Orang mungkin melihatnya normal, tetapi sebenarnya ini palsu. Kejadian itu terjadi saat saya berusia 58 tahun. Tentu trauma ada, tetapi saya memilih untuk bertahan karena beberapa alasan. Pertama, usia saya sudah mendekati masa pensiun, sehingga pindah sekolah akan merepotkan. Kedua, masalah dengan masyarakat dan siswa sudah selesai. Saya juga merasa, di manapun mengajar, tantangan akan selalu ada,” papar Zaharman dengan penuh ketegaran.

Meski insiden tersebut meninggalkan luka fisik dan emosional, Zaharman menolak menyerah.

Zaharman tetap melanjutkan tugasnya sebagai pendidik. 

Baginya, mengajar adalah panggilan hati yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved