Berita Surabaya
Lindungi Stabilitas Nilai Rupiah dengan Tingkatkan Penggunaan Skema 'Local Currency Transaction'
Pemerintah terus mendorong diversifikasi dan pendalaman pasar mata uang melalui penggunaan mata uang lokal atau Local Currency Transaction (LCT).
Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
SURYA.co.id | SURABAYA - Pemerintah terus mendorong diversifikasi mata uang dan pendalaman pasar mata uang keuangan melalui penggunaan mata uang lokal untuk transaksi ekonomi dan keuangan atau Local Currency Transaction (LCT).
Langkah ini dilakukan untuk meningkatkan stabilitas nilai tukar, memperdalam pasar keuangan dan meningkatkan efisiensi pasar valas yang pada akhirnya diharapkan akan mendukung peningkatan perdagangan dan investasi Indonesia dengan negara mitra.
Direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Rudy Rahmaddi mengungkapkan, dari data Bea Cukai menunjukkan, secara nasional tercatat pemanfaatan skema tersebut sejak Desember 2022 hingga September 2024, baru ada 103 dokumen yang menggunakan skema LCT.
"Dari data itu menunjukkan pelaku usaha, khususnya importir yang memanfaatkan skema LCT masih sangat minim," kata Rudy, saat menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan Jatim Talk yang digelar oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur (KPw BI Jatim) di Surabaya, Senin (30/9/2024).
Jumlah tersebut, hanya 0,0024 persen dari total 4,19 juta dokumen impor yang ditangani Ditjen Bea Cukai. Dari total dokumen tersebut, nilai devisa dari LCT baru mencapai Rp 123 miliar.
"Alias, hanya 0,0015 persen dari total devisa impor senilai Rp 7.8993 triliun. Saat ini, baru ada empat negara mitra yang telah mempunya mekanisme LCT dengan Indonesia. Yakni, Tiongkok, Malaysia, Jepang, Thailand," jelas Rudy.
Sedangkan negara yang sebentar lagi menerapkan adalah Korea Selatan.
Kemudian, ada beberapa negara yang sedang dalam proses untuk menjadi mitra seperti India, Singapura, dan Uni Emirat Arab.
’’Di Jatim, baru ada 17 dokumen dengan nilai devisa Rp 14,67 miliar pada periode 2022-2024. Padahal, total dokumen impor di wilayah tersebut mencapai 494 ribu dengan nilai devisa Rp 1.119 triliun,’’ ungkap Rudy.
Untuk jenis komoditas, terbesar masih buah-buahan dengan devisa Rp 6,43 milar dan pangan olahan sebesar Rp 3,56 miliar.
Sisanya ada sparepart mesin, Barang cetakan, Alat kesehatan, pangan olahan, kimia dan mesin.
Jika dilihat negara mitra atau pemasok, hanya ada dua negara mitra yang memanfaatkan fasilitas tersebut، yaitu Thailand dan Malaysia.
Thailand adalah negara dengan penggunaan LCT terbesar yang mencapai 76,5 persen.
Sisanya sebanyak 23,5 persen dari Malaysia.
Sedangkan, Tiongkok yang secara nasional sudah memanfaatkan skema tersebut belum terlihat di data Jatim.
| Berita Surabaya Hari Ini: Peluncuran Koperasi Digital, Jadwal Commuter Line yang Baru |
|
|---|
| Berita Surabaya Hari Ini: Golkar Buat Lomba Cipta Oleh-oleh, Investasi Mulai Naik, Prestasi Pelajar |
|
|---|
| 8 Landmark dan Ikon Budaya Kota Surabaya, Daya Tarik Wisata Ibu Kota Jawa Timur |
|
|---|
| Rute dan Lokasi Parkir Parade Surabaya Vaganza, Hari Ini 25 Mei 2025 Mulai Pukul 13.00 WIB |
|
|---|
| Patuhi Larangan Wisuda SMA/SMK di Jatim, Ini Cara Sederhana SMAN 2 Surabaya Rayakan Kelulusan Siswa |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/Para-narasumber-yang-tampil-dalam-Jatim-Talk-2024.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.