SURYA Kampus

Sosok Fadli Rahman Lulusan ITB Sukses Jadi Direktur Pertamina, Lulus IPK 4,00 Meski Sempat Gagal

Sosok Fadli Rahman jadi sorotan karena kesuksesannya dalam kuliah dan kariernya. Lulus dari ITB jadi direktur Pertamina.

ITB
Fadli Rahman (kanan), Lulusan ITB yang Sukses Jadi Direktur Pertamina. Lulus IPK 4,00 Meski Sempat Gagal. 

Pikiran tersebut akhirnya membuat Imam memilih bidang pertambangan, ITB sebagai perguruan tinggi terbaik di bidang tersebut ia bidik dan berhasil.

Lulus dari ITB, Imam merasa terpanggil untuk menjadi dosen. Cita-citanya berada di persimpangan jalan, menjadi dosen artinya ia harus studi lanjut dan tidak bekerja, sedangkan nafkah keluarga tak bisa ditunda.

Memutar otak, Imam akhirnya bertemu dengan sebuah perusahaan asing yang bersedia menyekolahkannya ke Australia dengan jaminan uang saku selama studi dan kesempatan karier. Tahun 2009 Imam berangkat ke University of South Australia.

"Jadi aku nyari waktu itu sekolah yang ada uangnya, akhirnya aku disekolahkan oleh perusahaan asing waktu itu. Tahun 2009 aku berangkat ke Australia.

Tapi di tengah jalan bangkrut perusahaannya, bayangin aku sudah di Australia, belum selesai, masih persiapan bahasa gitu, pulang tanpa gelar," kenangnya.

Meski pulang tanpa gelar, Imam kembali teringat didikan keluarga agar tetap bersyukur dan berprasangka baik terhadap takdir.

Kembali bangkit, Imam mendaftar Beasiswa Australia Awards, usahanya tersebut kembali membawanya ke Australia.

Ia melanjutkan kuliah di University of Queensland dan jurusan metalurgi yang jadi topik kegemarannya.

"Ya mungkin Allah ingin aku di UQ, sesuai dengan yang aku sukai. Kalau di Adelaide, karena waktu itu dari industri, si industri ini punya topik sendiri yang waktu itu agak setengah hati aku sebenarnya, akhirnya ini (metalurgi di UQ) yang pas banget dengan passion, jadi oh mungkin ini ya hikmahnya," jelasnya.

Imam Santoso, Anak Petani Asal Jember yang Sukses Jadi Dosen di ITB.
Imam Santoso, Anak Petani Asal Jember yang Sukses Jadi Dosen di ITB. (LPDP)

Lulus dari UQ, Imam sadar bahwa dirinya harus segera S3 agar bisa menjadi dosen.

Pada tahun 2014, Imam mendaftarkan diri, tujuan studinya pun kini lebih jauh, sebuah perguruan tinggi dengan profesor yang masyhur di bidang metalurgi, Aalto University di negeri seribu danau, Finlandia.

"Dulu ketika di Australia itu (menulis status) masih ada di facebook, ya Allah aku ingin lihat aurora, ya Allah aku ingin lihat salju, aku ingin ke kutub utara, dan kebetulan ketika di Australia ada mahasiswa (percobaan) dari Finlandia, kemudian eh aku dikenalin lah oleh profesor di sana.

Dan memang waktu itu aku mencari metalurgi yang bagus di mana setelah dari UQ, yang bagus tuh Aalto. Semuanya kayak gak tau lah mestakung (semesta mendukung) gitu ya," ceritanya.

Imam juga menceritakan bahwa dirinya sering menyarankan anak didiknya untuk menempel dinding kamar dengan gambar-gambar seperti Menara Eiffel atau daftar target/cita-cita yang ingin dicapai di masa depan.

Sadar bahwa hidupnya berubah drastis karena pendidikan, Imam tergerak untuk menebar semangat yang sama. Sejak masih S1, Imam sering "blusukan" ke sekolah-sekolah pelosok memberikan informasi bahwa ada kesempatan bagi anak-anak yang ingin berkuliah dengan Beasiswa Bidikmisi.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved