Berita Viral

Kisah Arya Bocah Yatim Piatu Harus Transfusi Darah Sejak Usia 3,5 Tahun, Kini Berhenti Sekolah

Arya, bocah 12 tahun asal Desa Tunge, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mengalami kondisi memilukan. Kini berhenti sekolah

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
Kompas.com
Arya dan kembarannya, Nata, dapat bantuan 

SURYA.CO.ID - Arya Satya Rafly Sukmono, bocah 12 tahun asal Desa Tunge, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jawa Timur (Jatim), mengalami kondisi memilukan.

Sejak kecil Arya dan saudara kembarnya, Nata Rifqi Faiz Sukmono, menjadi yatim piatu.

Sang ibu meninggal ketika usia mereka 1,5 tahun. Kemudian, saat usia 6 tahun, ayah mereka juga pergi untuk selamanya.

Kini, keduanya tinggal bersama pamannya, Fridatama Dwi Hermawan. 

“Iya, mereka tinggal sama saya karena saya yang merawatnya,” ujar Fridatama, Kamis (12/9/2024).

Meski kembar, kondisi Arya dan Nata justru berbeda. 

Nata tumbuh sehat dan ceria seperti anak-anak seusianya.

Saat ini, ia mengenyam pendidikan di bangku kelas 4 di SDN Tunge 2.

“Anaknya sehat, gemuk,” kata Fridatama. 

Berbeda dengan Nata, Arya divonis menderita pembesaran pembuluh darah vena di esofagus atau kerongkongan (varises esofagus) sejak usia 3,5 tahun.

Hal itu menyebabkan Arya mengalami muntah darah sehingga kerap dilarikan ke rumah sakit.

Ia pun harus menjalani transfusi darah.

“Muntah darahnya bisa terjadi sebulan sekali, kadang setengah bulan sekali." 

"Setiap kali harus transfusi darah, bahkan pernah sampai membutuhkan 9 kantong darah,” ungkap Isdat-sapaan akrab Fridatama.

Terakhir, Arya menjalani perawatan di RS Baptis Kediri pada awal September 2024 setelah kembali mengalami muntah darah.

Penyakit ini membatasi aktivitas Arya sehingga membuatnya tidak bisa bersekolah seperti Nata.

“Kami takut jika muntah darahnya terjadi di sekolah, jadi sementara dia harus berhenti sekolah,” jelas Isdat.

Sepada pembawa bahagia

Sekadar info, kisah Arya dan Nata sempat viral di media sosial.

Keduanya viral, lantaran berkeinginan punya sepeda untuk menunjang aktivitas sehari-hari, terutama untuk mengaji.

Impian sederhana ini akhirnya terwujud.

Kepolisian Resor Kediri memberikan bantuan sepeda serta alat ibadah, sembako, dan santunan lainnya.

Wakil Kepala Polres Kediri, Komisaris Polisi Verawaty Thaib, berharap bantuan ini bisa memberikan semangat baru bagi Arya dan Nata.

"Semoga bantuan ini bermanfaat," ujarnya.

Meskipun hidup dalam keterbatasan, kebahagiaan Arya dan Nata terpancar saat mereka menerima sepeda impian mereka.

Dengan dukungan keluarga dan masyarakat, bocah kembar ini terus berjuang menghadapi segala tantangan, membawa mimpi-mimpi sederhana mereka lebih dekat ke kenyataan.

Rawat Anak Lain

Isdat merawat Arya dan Nata dengan penuh pengorbanan.

Selain dua bocah kembar itu, ia juga harus menafkahi tiga anak kandungnya dan seorang anak lain, yang merupakan saudara tiri Arya dan Nata.

Setelah ayah mereka menikah lagi dan memiliki seorang anak, sang ayah meninggal dunia, meninggalkan tanggungan pada Isdat.

“Jadi saya menanggung enam anak,” ujar Isdat dengan suara lirih.

Dalam kondisi ekonomi yang sulit, Isdat bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Mulai dari kuli bangunan, buruh tani, dan sopir.

Meski begitu, ia tak pernah menyerah.

Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang digunakan untuk perawatan Arya memang sangat membantu. Namun biaya lain seperti transportasi ke rumah sakit tetap menjadi beban.

“Saya pekerja serabutan. Setiap ada kesempatan saya ambil,” ucapnya.

Ketua RT setempat, Zainun, mengakui bahwa meskipun ada KIS, biaya tambahan seperti ongkos ke rumah sakit tetap menjadi tantangan.

"Memang sudah ada KIS, tapi untuk biaya lain seperti transportasi masih harus dipikirkan," kata Zainun.

Ikuti berita selengkapnya di Google News Surya.co.id

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved